Terima kasih kepada pengunjung blog. Jumlah kunjungan telah melewati 23.000. Nikmati postingan baru setiap Sabtu-Ahad
Home » » Menyerang Qiyadah Melumpuhkan Dakwah

Menyerang Qiyadah Melumpuhkan Dakwah

Written By Unknown on Kamis, 16 Agustus 2012 | 13.31

Islamedia - Wahai Ikhwan, karena dakwah kalian merupakan kekuatan
besar melawan kedzoliman, maka wajar kalau mereka mengerahkan segala
senjata dan kemampuan untuk menghadapi dakwah kalian, bahkan tidak ada
satu pun cara kecuali mereka manfaatkan untuk memerangi dan
memberangus dakwah kalian.

Cara paling berbahaya yang digunakan oleh musuh yang licik adalah
upaya menimbulkan friksi internal di dalam dakwah, sehingga mereka
dapat memenangkan pertarungan karena kekuatan dakwah melemah akibat
terpecah belah. Dan hal yang paling efektif menimbulkan friksi
internal dalam dakwah adalah hilangnya tsiqah antara prajurit dan
pimpinan. Sebab bila prajurit sudah tidak memiliki sikap tsiqah pada
pimpinannnya, maka makna ketaatan akan segera hilang dari jiwa mereka.
Bila ketaatan sudah hilang, maka tidak mungkin ada eksistensi
kepemimpinan dan karenanya pula tidak mungkin jamaah dapat eksis.

Oleh karena itulah, maka Imam Asy-Syahid menekankan rukun tsiqah dalam
Risalah At-Ta’alim dan menjadikannya sebagai salah satu rukun bai’at.
Imam Asy-Syahid juga menjelaskan urgensi rukun ini dalam menjaga
soliditas dan kesatuan jamaah, ia mengatakan:

“…Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah – yang timbal
balik – antara pimpinan dan yang dipimpin menjadi penentu bagi sejauh
mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya,
keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam
mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan. “Ta’at dan mengucapkan
perkataan yang baik adalah lebih baik bagi mereka” (QS 47:21). Dan
tsiqah terhadap pimpinan merupakan segala-galanya bagi keberhasilan
dakwah.”

Kita tidak mensyaratkan bahwa yang berhak mendapat tsiqah kita adalah
pemimpin yang berkapasitas sebagai orang yang paling kuat, paling
bertakwa, paling mengerti, dan paling fasih dalam berbicara. Syarat
seperti ini sangat sulit dipenuhi, bahkan hampir tidak terpenuhi
sepeninggal Rasulullah saw. Cukuplah seorang pemimpin itu, seseorang
yang dianggap mampu oleh saudara-saudaranya untuk memikui amanah
(kepemimpinan) yang berat ini. Kemudian apabila ada seorang ikhwah
(saudara) yang merasa bahwa dirinya atau mengetahui orang lain
memiliki kemampuan dan bakat yang tidak dimiliki oleh pimpinannya,
maka hendaklah ia mendermakan kemampuan dan bakat tersebut untuk
dipergunakan oleh pimpinan, agar dapat membantu tugas-tugas
kepemimpinannya bukan menjadi pesaing bagi pimpinan dan jamaahnya.

Saudaraku, mungkin anda masih ingat dialog yang terjadi antara Abu
Bakar ra dan Umar ra sepeninggal Rasulullah saw.



Umar berkata kepada Abu Bakar, ‘Ulurkanlah tanganmu, aku akan membai’atmu.’

Abu Bakar berkata, ‘Akulah yang membai’atmu.’

Umar berkata, ‘Kamu lebih utama dariku.’

Abu Bakar berkata, ‘Kamu lebih kuat dariku.’


Setelah itu Umar ra berkata, ‘Kekuatanku kupersembahkan untukmu karena
keutamaanmu.’

Umar pun terbukti benar-benar menjadikan kekuatannya sebagai pendukung
Abu Bakar sebagai kholifah.


Tatkala seseorang bertanya kepada Imam Asy-Syahid, ‘Bagaimana bila
suatu kondisi menghalangi kebersamaan anda dengan kami? Menurut anda
siapakah orang yang akan kami angkat sebagai pemimpin kami?’

Imam Asy-Syahid menjawab, ‘Wahai ikhwan, angkatlah menjadi pemimpin
orang yang paling lemah di antara kalian. Kemudian dengarlah dan
taatilah dia. Dengan (bantuan) kalian, ia akan menjadi orang yang
paling kuat di antara kalian.’

‘Wahai Ikhwan, mungkin anda masih ingat perselisihan yang terjadi
antara Abu Bakar dan Umar dalam menyikapi orang-orang yang tidak mau
mengeluarkan zakat. Sebagian besar sahabat berpendapat seperti
pendapat Umar, yaitu tidak memerangi mereka. Meski demikian tatkala
Umar mengetahui bahwa Abu Bakar bersikeras untuk memerangi mereka,
maka ia mengucapkan kata-katanya yang terkenal, yang menggambarkan
ketsiqahan yang sempurna, ‘Demi Allah, tiada lain yang aku pahami
kecuali bahwa Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk memerangi
mereka, maka aku tahu bahwa dialah yang benar.’

Andai Umar ra tidak memiliki ketsiqahan dan ketaatan yang sempurna,
maka jiwanya akan dapat memperdayakannya, bahwa dialah pihak yang
benar, apalagi ia telah mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Allah swt
telah menjadikan al haq (kebenaran) pada lisan dan hati Umar.’

Alangkah butuhnya kita pada sikap seperti Umar ra tersebut, saat
terjadi perbedaan pendapat di antara kita, terutama untuk ukuran model
kita yang tidak mendengar Rasululiah saw memberikan rekomendasi kepada
salah seorang di antara kita, bahwa kebenaran itu pada lisan atau
hatinya.

Mengingat sangat pentingnya ketsiqahan terhadap fikrah dan ketetapan
pimpinan, maka musuh-musuh Islam berusaha sekuat tenaga untuk
menimbulkan keragu-raguan pada Islam, jamaah, manhaj jamaah, dan
pimpinannya. Betapa banyak serangan yang dilancarkan untuk
melaksanakan misi tersebut.

Oleh karena itu, seorang akh jangan sampai terpengaruh oleh
serangan-serangan tersebut. Ia harus yakin bahwa agamanya adalah agama
yang haq yang diterima Allah swt. Ia harus yakin bahwa Islam adalah
manhaj yang sempurna bagi seluruh urusan dalam kehidupan dunia maupun
akhirat. Ia harus tetap tsiqah bahwa jamaahnya berada di jalan yang
benar dan selalu memperhatikan Al Quran dan Sunah dalam setiap langkah
dan sarananya. Ia harus tetap tsiqah bahwa pimpinannya selalu
bercermin pada langkah Rasulullah saw serta para sahabatnya dan selalu
tunduk kepada syariat Allah dalam menangani persoalan yang muncul saat
beraktivitas serta selalu memperhatikan kemaslahatan dakwah.

Kami mengingatkan, bahwa terkadang sebagian surat kabar atau media
massa lainnya mengutip pembicaraan atau pendapat yang dilakukan pada
pimpinan jamaah, dengan tujuan untuk menimbulkan keragu-raguan,
menggoncangkan kepercayaan, dan menciptakan ketidakstabilan di dalam
tubuh jamaah. Oleh karena itu, seorang akh muslim tidak diperbolehkan
menyimpulkan suatu hukum berdasarkan apa yang dibaca dalam media
massa, tidak boleh melunturkan tsiqahnya, dan tidak boleh
menyebarkannya atas dasar pembenaran. Ia harus melakukan tabayyun
terlebih dahulu.



Allah swt menegur segolongan orang yang melakukan kesalahan dengan firman-Nya,

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan
ataupun ketakutan, mereka serta merta menyiarkannya. Dan kalau mereka
menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah
orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). Kalau tidaklah karena
karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan,
kecuali sebahagian kecil saja di antaramu.” (QS 4:83).


Muhammad Abdullah Al Khatib

Kitab Nadzharat Fii Risalah at-Ta’alim (Bab Ats-Tsiqoh)

Islamedia.web.id
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar


 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011-2013. PKS Lubeg - All Rights Reserved - Email: pkslubeg@yahoo.com
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger