REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Pemerintah Myanmar telah membakar
setidaknya 135 unit masjid milik etnis Muslim Rohingya. Bukan itu saja
upaya pemerintah junta tersebut membersihkan negaranya dari etnis muslim
adalah nyata.
Pernyataan itu dilontarkan Pemimpin Pusat Solidaritas Rohingya, Muhammad Imran Saeed. Imran menyebut perlu agar komunitas dunia mengetahui siapa itu Muslim Rohingya.
Ia mengatakan kepada masyarakat Pakistan agar peduli terhadap kepedihan yang dialami etnis Rohingya akibat konflik yang terjadi di Negara Bagian Rakhine tersebut. Kata dia, tidak ada alasan bagi penguasa Pakistan untuk tidak terlibat dalam penyelesaian konflik yang telah menewaskan setidaknya 78 orang tersebut.
Tak hanya itu, Imran juga mengutuk kebijakan Pemerintah Bangladesh yang melarang masuknya bantuan internasional, untuk membantu para pengungsi Rohingya yang menyeberang Sungai Naf untuk menyelamatkan diri dari kerusuhan awal Juni lalu itu.
"Alih-alih bersimpati sebagai sesama muslim, malah mereka (Bangladesh) menganiaya saudara sendiri," kata Imran, seperti dilansir The Internasional News, Jumat (10/8).
Dirinya juga mengaku terkesan dan merasa berhutang dengan kepedulian relawan internasional, dari berbagai komunitas dan berbagai latar belakang agama dan etnis, yang tetap bertahan melakukan perbantuan bagi 80 ribu pengungsi di Provinsi Bazar Cox, Bangladesh.
Pernyataan itu dilontarkan Pemimpin Pusat Solidaritas Rohingya, Muhammad Imran Saeed. Imran menyebut perlu agar komunitas dunia mengetahui siapa itu Muslim Rohingya.
Ia mengatakan kepada masyarakat Pakistan agar peduli terhadap kepedihan yang dialami etnis Rohingya akibat konflik yang terjadi di Negara Bagian Rakhine tersebut. Kata dia, tidak ada alasan bagi penguasa Pakistan untuk tidak terlibat dalam penyelesaian konflik yang telah menewaskan setidaknya 78 orang tersebut.
Tak hanya itu, Imran juga mengutuk kebijakan Pemerintah Bangladesh yang melarang masuknya bantuan internasional, untuk membantu para pengungsi Rohingya yang menyeberang Sungai Naf untuk menyelamatkan diri dari kerusuhan awal Juni lalu itu.
"Alih-alih bersimpati sebagai sesama muslim, malah mereka (Bangladesh) menganiaya saudara sendiri," kata Imran, seperti dilansir The Internasional News, Jumat (10/8).
Dirinya juga mengaku terkesan dan merasa berhutang dengan kepedulian relawan internasional, dari berbagai komunitas dan berbagai latar belakang agama dan etnis, yang tetap bertahan melakukan perbantuan bagi 80 ribu pengungsi di Provinsi Bazar Cox, Bangladesh.
Redaktur: Karta Raharja Ucu
Reporter: Bambang Noroyono
Sumber: The International News
Ket gambar:
Masyarakat muslim Rohingya yang melarikan
diri dari Myanmar berkumpul di kamp penjaga perbatasan Bangladesh di
Taknaf,Bangladesh,Jumat (22/6). (Saurabh Das/AP)
republika.co.id 10 Agustus 2012
0 komentar:
Posting Komentar