Islamedia -
Beberapa hadits Rasulullah menyitir tentang zaman yang tidak dalam kondisi
ideal. Suatu kali Rasulullah bercerita tentang kondisi umat Islam yang laksana
buih di lautan. Banyak jumlahnya, namun terapung-apung tanpa bobot. Kali lain
Rasulullah mengisahkan tentang zaman di mana kemunkaran dipandang baik dan
dianjurkan, sementara kebaikan dipandang buruk dan dilarang sehingga orang
bijak di antara penghuni zaman itu menjadi kebingungan.
Memang, dalam
sejarah, umat Islam hanya mencatat beberapa tahun hidup dalam kondisi yang
ideal. Yaitu periode Rasulullah hidup, masa kepemimpinan Abu Bakar r.a., dan
masa kepemimpinan Umar r.a. Setelahnya, pintu fitnah terbuka. Banyak terjadi
“ujian-ujian sosial politik” yang melanda intern umat Islam.
Apalagi bila
bicara zaman sekarang, di mana kemunkaran dipromosikan bebas di media massa.
Gerakan dakwah yang menyeru pada kebaikan pun tak luput dilanda serangan oleh
anasir-anasir jahat yang tak ingin cahaya Islam berpendar di zaman ini.
Maka
bagaimana bertahan dalam kondisi yang serba tidak ideal seperti sekarang? Islamedia
berkesempatan curhat berkonsultasi atas masalah-masalah dakwah di zaman yang
tidak ideal ini dengan ustadz Muhammad Ridwan, seorang da’i aktivis Ikatan Da’i
Indonesia (Ikadi).
Beliau
menjawab dengan telaten sekalipun di sela wawancara beliau mengalami musibah,
orang tua yang ia sayangi meninggal dunia. Namun dari kejadian itu rupanya
Allah memberi kesempatan ustadz Ridwan untuk memperlihatkan jawaban wawancara
yang bertema “Tegar Di Jalan Dakwah Di Zaman Penuh Fitnah” dalam bentuk
tindakan. Saat seorang da’i mengalami musibah, tak ada alasan untuk jatuh larut
berduka. “Tugas dakwah menanti tak boleh larut dalam sedih.” Ujarnya. “Ana
berharap agar senyum ayah jadi pertanda baik.” Allahumma Amiin.
Berikut ini
curhat tim Islamedia.
Ustadz,
Rasulullah pernah meramalkan kondisi suatu zaman di mana umat Islam menjadi
buih. Di hadits lain, dikatakan orang bijak menjadi kebingungan. Atau hadits
lain, Islam menjadi asing. Apakah di zaman ini sudah menyerupai dengan beberapa
ramalan Rasulullah tentang zaman yang penuh fitnah?
Naam. Saat
ini kita melihat realitas Muslim KTP (Islam cuma formalitas). Banyak orang
islam al-jahl bil Islam (gak ngerti Islam) banyak orang Islam jutru seperti
orang kafir perangai dan gaya hidupnya. Ini pembuktian dari hadits tersebut.
Pengajian-pengajian yang mengajak kabaikan sepi dari pendukung sementara ajakan
kabathilan dan halaqoh-halaqoh ilannar (pertemuan-pertemuan yang menyeret ke
nereka – Red) lebih digemari oleh sebagian besar ummat islam.
Pemuda dan
pemudi Islam saat ini lbih mengidolakan orang kafir dari pada mengikuti dan
mengidolakan Rasulullah atau orang-orang soleh saat ini. Terbukti dari hobby,
cara bergaul, dan berpakaian serta berbudayanya pemudi pemuda Islam kita.
Apa urgensi
dakwah di zaman seperti ini, dan peran seperti apa yang dimainkan oleh dakwah
untuk zaman seperti ini?
Dakwah
disetiap zaman menjadi hajatul basyariyah (kebutuhan manusia). Dan peran dakwah
itu sangat dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan qodhoya (masalah) yang
dihadapi oleh umat ini baik masalah aqidah ,ibadah akhlaq ,muamalah,
danseluruhnya.
Jika dakwah
islam gencar dilakukan dengan cara-cara yang profesional (lebih teroranganisir)
maka berbgai permasalahn ummat di era saat ini dapat ditanggulangi mengingat
tantangan dakwah. Dan masalah umat saat ini lebih modern. Kebatilan saat ini
lebih teroranganisir mengancam dan merusak ummat dengan cara-cara yang lebih canggih.
Salah satu
ciri fitnah itu seperti yang ustadz bilang, kebathilan yang offensif menyerang
dakwah. Apa hikmah adanya tribulasi dalam dakwah, padahal dakwah itu di jalan
yang benar?
Makna surat
Ash-shoff ayat 8 diantaranya bahwa orang-orang kafir berusaha memadamkan cahaya
agama Alloh dengan strategi mereka, mulut mereka. Tetapi Allah menyempurnakan
cahaya-Nya dengan hadirnya para dai pembela agama Alloh meski orang kafir
membenci. Lalu di ayat selanjutnya Allah gambarkan adanya Rasul (juru dakwah)
yang siap memenangkan agama Allah dengan dakwahnya yang professional bermodal
yakin, semangat, kerja keras, sabar, dan siap berkorban
Jadi ujian
dakwah itu merupakan sunnah dari dakwah itu sendiri. Semakin ada ujian maka
seorang dai akan semakin qowi(kuat) seperti air yang mengalir, bila dibendung
dia akan mencari celah utk tetap mengalir, bahkan ketika jumlah air makin
banyak akan dapat menghancurkan bendungan tersebut.
Apa saja
yang potensial menjadi penghambat dalam dakwah?
Yang jadi
potensi penghambat dakwah di antaranya banyak mukmin yang tidak menyadari bahwa
tugas dakwah itu adalah tugas kita semua, banyak yang beranggapan bahwa dakwah
itu domainnya para asatidz. Padahal dakwah itu bisa dilakukan oleh setiap orang
yang menyadari masalah umat ini dapat diselesaikan dengan amal jamai dan dapat
dilakukan dimana saja, kapan saja dan kepada siapa saja. Mukmin yang pedagang
bisa berdakwah kepada para pedagang, yang di kantor bisa berdakwah dengan teman
sekantor sesuai dengan kemampuan masing-masing menyelesaikan masalah umat.
Padahal di
dalam Al-Quran surat Al-‘Ashr jelas bahwa syarat agar kita menjadi manusia yang
tidak merugi kita harus jadi orang beriman, beramal sholeh, dan berdakwah .
Sebab lain
yang menghambat kemenagan dakwah adalah adanya para ustadz yang disorientasi
berdakwah mengharapkan imbalan, berdakwah jika dipinta, bukan menyesaikan
masalah ummat malah menjadi masalah bagi umat. Padahal setiap dai Alloh beri
kemulian dengan pahala yang sangat besar (MLP : multilevel pahala). Dan disebut
dalam Al-Qur’an sebagai khoiru ummah.
Ustadz,
tidak jarang di antara pergerakan Islam saat ini terjadi benturan, baik
perdebatan kecil antara pendukungnya, atau perbedaan gerak yang sudah dianggap
hal yang prinsip. Bagaimana menyikapinya?
Sebenarnya
perbedaan itu sunnatulloh cuma kadang kala di lapangan tidak sedikit saudara
kita yang menyikapi perbedaan dengan cara yang tidak profesional. Isyarat Alloh
dalam Al-Qur’an "wajadilhum billati hiya ahsan" menggambarkan adanya
perbedaan namun harus disikapi dengan ahsan (cara yang profesional), tidak
saling mngejek atau mendiskreditkan. Jangan liat perbedaannya karena akan
menyebabkan kita terus sibuk mngurusi perbedaan yang tak pernah akan ada titik
temu. Namun kalau saling melihat persamaan maka persamaan itulah yang akan
membuat kita bisa saling mencintai dan bersaudara..
Dan sikap
kita ketika melihat ada perseteruan antara para aktifis yang berbeda pemahaman
adalah dengan mengikuti arahan Allah dalam surat 49 : 10 agar semua kita dapat
berksih saying.
Jika setiap
aktifis dakwah saling berkasih sayang, maka setiap ada qodoyah (masalah) ummah
dapat dipecahkan bersama-Sama. InsyaAllah
Kerjasama
atau amal jama’i antara aktifisnya digambarkan Rasululloh dalam sabdanya:
“Al-mu'minu lil-mu'mini kal-bunyan yasuddu ba'dohu ba'don”. Mukmin satu dengan
yang lain seperti bangunan saling mengutkan
Terkadang
ada keputusan dari pemimpin/qiyadah dalam dakwah - yang keputusan itu lahir
dari syuro - yang terasa mengganjal atau bahkan mendapat pertentangan di hati para
jundi atau pelaksana di lapangan. Lalu timbullah keragu-raguan. Dan ini sering
terjadi di zaman penuh fitnah ini. Bagaimana menyikapi hal ini dengan elegan,
ustadz?
Qiyadah
dakwah itu kan artinya pimpinan kita dalam urusan dakwah, diantara ciri mendasar
qiyadah adalah zaiimul ilmi (memiliki ilmu yang mumpuni) Dan syuro itu dibuat
dan diputuskan berdasarkan fiqhul waqi (fiqih realitas), yang dipadu dengan
ilmu ilmu agama yang menjadi dasar untuk memutuskan berbagai muskilah
(permasalahan) dan hampir rata-rata pertimbangan pemutusan masalah selalu
mengacu pada fiqih maslahat (yang lebih masahat buat umat). Nah oleh karena itu
kita sebagai kader harus sami’na wa atho’na.
Kader dakwah
juga acap menemui hasil yang tidak diharapkan. Setelah bermujahadah, bukan
kemenangan dakwah tapi malah kekalahan yang didapat. Bagaimana penyikapan yang
terbaik, ustadz?
Tujuan utama
dari dakwah adalah agar kita memiliki hujjah (alasan) di hadapan Allah bahwa
kita sudah melaksanakan kewajiban berdakwah. Adapun masalah hasil menjadi haq
Allah memberi hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Nabi Nuh
misalkan, beliau berdakwah hingga 950 tahun namun kader yang dihasilkan dari
dakwah beliau tidak sampai 100 orang. Namun beliau tetap berdakwah dengan semangat.
Target pemenangan itu penting, kerja dakwah yang sungguh-sungguh juga penting.
Namun masalah hasil serahkan kepada Allah swt.
Rasulullah
pernah menyitir kondisi muslim yang menjadi ghuroba. Apakah cirinya pada zaman
sekarang?
Ciri ghuraba
saat ini adalah bahwa kalau untuk kemaksiyatan gak perlu diajak. Banyak orang
yang senang hati mengikuti kemaksiyatan, bahkan membelanya. Tapi kalau untuk
kebaikan kita harus bersusah payah menawarkan dan mensosialisasikannya karena
sedikit sekali orang yang sadar dan siap menjdi pendukung kebenaran itu
sendiri.
Kebenaran
terasa asing sedangkan kebatilan begitu populer dan menjadi trend.
Adakah
pembenaran buat seorang muslim untuk ‘uzlah, menghindari dunia yang abu-abu
bahkan menghindari pergerakan Islam yang ada karena tak mau terjebak dalam
firqoh-firqoh?
Rasulullah
saw bersabda: “Ad-dunya mazra’atul akhiroh”. Maksudnya di dunia ini adalah
lahan tempat kita berjuang. Jika kita ‘uzlah, berarti kita lari dari tanggung
jawab perjuangan. Dalam kondisi apapun jalan terbaik bagi seorang da’I adalah
berdakwah bukan ber-’uzlah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-taubah
ayat 41 yang artinya: “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan
maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
Apa tips
ustadz bertahan dalam jalan dakwah di zaman yang penuh fitnah, khususnya
menghadapi berbagai rintangan yang ada di zaman sekarang?
Tips
bertahan dalam dakwah adalah:
1. Niatkan
dengan tulus bahwaa dakwah yang kita lakukan semata-mata karena Allah bukan
karena siapapun (Al-Ikhlas)
2. Berkumpul
bersama orang-orang yang tsabat (kokoh pendiriannya), Istiqomah, tidak
mencla-mencle.
3.
Mempelajari kisah perjuangan dakwah dimasa lampau yang mana mereka mendapat
tantangan dakwah yang lebih berat dari kita, terancam nyawa, bahkan ada yang
digergaji dengan sisir yang terbuat dari besi, namun mereka tetap istiqomah
dalam dakwah.
4. Yakin akan Pahala yang besar yang dijanjikan Allah terhadap orang yang istiqomah dalam dakwah. WallAhu alam bishowab
Data Diri:
Nama :
Mohamad Ridwan.
Tanggal
lahir : Jakarta 8 Maret 1973.
Alamat: Jl Menteng Wadas Selatan Kelurahan Pasar Manggis Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan
Alamat: Jl Menteng Wadas Selatan Kelurahan Pasar Manggis Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan
Pendidikan :
STAI Al-Aqidah .
Organisasi :
Bidang Dakwah PD IKADI Jak-sel.
0 komentar:
Posting Komentar