Oleh Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita pernah melakukan kesalahan. Tak ada manusia yang sempurna. Khilaf dan berbuat kesalahan adalah fitrah.
Dalam keluarga, suami pasti pernah berbuat kesalahan terhadap istrinya dan sebaliknya. Begitu juga anak tentu pernah melakukan kesalahan terhadap orang tua dan sebaliknya, baik disengaja maupun yang tidak.
Namun kesalahan kecil, kadang-kadang tak disengaja bisa berdampak besar. Rumah tangga bisa hancur berantakan gara-gara suami tersinggung oleh perkataan istri yang mungkin tidak ia sengaja. Di media massa sering kita baca/dengar terjadi perkelahian antar kampung atau suku secara besar-besaran. Padahal pemicunya cuma masalah kecil dan sepele. Pernah terjadi peristiwa tragis yang berujung pembunuhan hanya gara-gara tersinggung oleh ucapan.
Di sinilah letak keagungan agama Islam. Dalam Islam kita diperintahkan untuk meminta maaf dan saling memaafkan, terutama pada Hari Raya Idul Fitri. Suami diperintahkan minta maaf kepada istri, begitu juga sebaliknya. Anak juga berkewajiban minta maaf kepada orang tua mereka dan sebaliknya. Selanjutnya bermaaf-maafan dengan seluruh keluarga, tetangga dan karib-kerabat. Semua persoalan sepele tadi bisa disele-saikan dengan meminta maaf dan memaafkan.
Dalam lingkungan kerja, saling memaafkan sangat ampuh untuk meningkatkan kinerja suatu satuan kerja/tim. Dalam lingkungan kerja, kesalahan, khilaf, salah paham, beda pendapat, sangat jamak terjadi.
Dalam suasana sibuk, kelelahan, stres, sering muncul salah dan khilaf. Yang melakukan kesalahan sering tidak menyadari kesalahan yang ia lakukan, tapi yang terkena dampaknya merasa sakit hati dan kadang kala dendam berkepanjangan. Karena sakit hati dan dendam, komunikasi berjalan mandeg, kinerja menjadi anjlok.
Di sinilah letak keampuhan sikap saling memaafkan. Dendam dan sakit hati ibarat virus dalam komputer. Jika komputer terkena virus, maka virus tersebut akan menyebar dan akan mengganggu sistem kerja komputer. Jika tidak pernah dibersihkan, sementara virus yang masuk terus bertambah dan bertambah, suatu saat komputer itu akan mogok bekerja (hang).
Demikian juga manusia, sakit hati dan dendam akan menjadi “virus” dalam hati. Makin lama makin banyak dan menumpuk. Dalam lingkungan kerja hal ini membuat prestasi kerja menurun, komunikasi tersendat. Secara pribadi, dendam dan sakit hati membebani fikiran bahkan bisa berbuntut menjadi stres.
Allah SWT telah menyediakan obat penawar dari penyakit ini, yaitu saling minta maaf dan memaafkan. Ibarat virus dalam komputer tadi, minta maaf dan memaafkan adalah seperti men-delete (menghapus) virus dalam komputer. Hapus semua dendam dan sakit hati dalam hati dan fikiran kita, agar ia tidak menjadi beban yang terus bertambah dan menumpuk dari tahun ke tahun.
Suksesnya suatu kesatuan kerja/tim tergantung pada kekompakan dan soliditas tim tersebut. Tim yang solid dan kompak akan menghasilkan prestasi kerja yang baik. Agar tim kompak dan solid kuncinya adalah menjaga agar hubungan antar anggota tim tetap harmonis, tidak ada ganjalan, dendam maupun sakit hati dengan saling minta maaf dan memaafkan.
QS Ali Imran: 134 mengatakan, salah satu ciri orang masuk surga adalah setiap malam sebelum tidur ia memaafkan orang lain. Dalam sebuah hadist Rasulullah mengatakan jika ada perselisihan di antara kamu maka selesaikanlah segera, paling lama dalam waktu tiga hari. Dalam QS 49 ayat 110 juga dikatakan, maka damaikanlah segera antara saudaramu yang berselisih.
Mari jadikan, ucapan “mohon maaf lahir dan bathin,” tak sekadar ucapan seremonial dan rutinitas tahunan di saat Idul Fitri. Jadikan Idul Fitri dan halal bil halal menjadi sebuah momen untuk benar-benar saling memaafkan dan minta maaf atas kesalahan yang kita lakukan selama setahun yang telah berlalu. Mari kita hapus semua “virus” sakit hati yang membebani fikiran kita, kita mulai lembaran kehidupan baru yang bersih, tanpa dendam dan sakit hati, lebih optimis dan lebih baik. (*)
Singgalang 31 Agustus 2012
Gubernur Sumbar
Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita pernah melakukan kesalahan. Tak ada manusia yang sempurna. Khilaf dan berbuat kesalahan adalah fitrah.
Dalam keluarga, suami pasti pernah berbuat kesalahan terhadap istrinya dan sebaliknya. Begitu juga anak tentu pernah melakukan kesalahan terhadap orang tua dan sebaliknya, baik disengaja maupun yang tidak.
Namun kesalahan kecil, kadang-kadang tak disengaja bisa berdampak besar. Rumah tangga bisa hancur berantakan gara-gara suami tersinggung oleh perkataan istri yang mungkin tidak ia sengaja. Di media massa sering kita baca/dengar terjadi perkelahian antar kampung atau suku secara besar-besaran. Padahal pemicunya cuma masalah kecil dan sepele. Pernah terjadi peristiwa tragis yang berujung pembunuhan hanya gara-gara tersinggung oleh ucapan.
Di sinilah letak keagungan agama Islam. Dalam Islam kita diperintahkan untuk meminta maaf dan saling memaafkan, terutama pada Hari Raya Idul Fitri. Suami diperintahkan minta maaf kepada istri, begitu juga sebaliknya. Anak juga berkewajiban minta maaf kepada orang tua mereka dan sebaliknya. Selanjutnya bermaaf-maafan dengan seluruh keluarga, tetangga dan karib-kerabat. Semua persoalan sepele tadi bisa disele-saikan dengan meminta maaf dan memaafkan.
Dalam lingkungan kerja, saling memaafkan sangat ampuh untuk meningkatkan kinerja suatu satuan kerja/tim. Dalam lingkungan kerja, kesalahan, khilaf, salah paham, beda pendapat, sangat jamak terjadi.
Dalam suasana sibuk, kelelahan, stres, sering muncul salah dan khilaf. Yang melakukan kesalahan sering tidak menyadari kesalahan yang ia lakukan, tapi yang terkena dampaknya merasa sakit hati dan kadang kala dendam berkepanjangan. Karena sakit hati dan dendam, komunikasi berjalan mandeg, kinerja menjadi anjlok.
Di sinilah letak keampuhan sikap saling memaafkan. Dendam dan sakit hati ibarat virus dalam komputer. Jika komputer terkena virus, maka virus tersebut akan menyebar dan akan mengganggu sistem kerja komputer. Jika tidak pernah dibersihkan, sementara virus yang masuk terus bertambah dan bertambah, suatu saat komputer itu akan mogok bekerja (hang).
Demikian juga manusia, sakit hati dan dendam akan menjadi “virus” dalam hati. Makin lama makin banyak dan menumpuk. Dalam lingkungan kerja hal ini membuat prestasi kerja menurun, komunikasi tersendat. Secara pribadi, dendam dan sakit hati membebani fikiran bahkan bisa berbuntut menjadi stres.
Allah SWT telah menyediakan obat penawar dari penyakit ini, yaitu saling minta maaf dan memaafkan. Ibarat virus dalam komputer tadi, minta maaf dan memaafkan adalah seperti men-delete (menghapus) virus dalam komputer. Hapus semua dendam dan sakit hati dalam hati dan fikiran kita, agar ia tidak menjadi beban yang terus bertambah dan menumpuk dari tahun ke tahun.
Suksesnya suatu kesatuan kerja/tim tergantung pada kekompakan dan soliditas tim tersebut. Tim yang solid dan kompak akan menghasilkan prestasi kerja yang baik. Agar tim kompak dan solid kuncinya adalah menjaga agar hubungan antar anggota tim tetap harmonis, tidak ada ganjalan, dendam maupun sakit hati dengan saling minta maaf dan memaafkan.
QS Ali Imran: 134 mengatakan, salah satu ciri orang masuk surga adalah setiap malam sebelum tidur ia memaafkan orang lain. Dalam sebuah hadist Rasulullah mengatakan jika ada perselisihan di antara kamu maka selesaikanlah segera, paling lama dalam waktu tiga hari. Dalam QS 49 ayat 110 juga dikatakan, maka damaikanlah segera antara saudaramu yang berselisih.
Mari jadikan, ucapan “mohon maaf lahir dan bathin,” tak sekadar ucapan seremonial dan rutinitas tahunan di saat Idul Fitri. Jadikan Idul Fitri dan halal bil halal menjadi sebuah momen untuk benar-benar saling memaafkan dan minta maaf atas kesalahan yang kita lakukan selama setahun yang telah berlalu. Mari kita hapus semua “virus” sakit hati yang membebani fikiran kita, kita mulai lembaran kehidupan baru yang bersih, tanpa dendam dan sakit hati, lebih optimis dan lebih baik. (*)
Singgalang 31 Agustus 2012
0 komentar:
Posting Komentar