Terima kasih kepada pengunjung blog. Jumlah kunjungan telah melewati 23.000. Nikmati postingan baru setiap Sabtu-Ahad
Home » » BI Optimistis Ekonomi Sumbar Tumbuh 6,5 %

BI Optimistis Ekonomi Sumbar Tumbuh 6,5 %

Written By Unknown on Kamis, 29 November 2012 | 22.35

Padang, Padek—Bank Indonesia (BI) optimistis ta­hun 2013 perekonomian Sumbar bisa tumbuh men­capai 6,5 persen. Optimisme itu didorong per­mintaan domestik yang tumbuh, dan kinerja ekspor naik seiring prospek harga ko­mo­ditas yang terus mem­baik.

Meski lebih rendah dari pro­yek­si nasional 6,7 persen, ta­pi per­kiraan BI itu me­nunjukkan eko­nomi ranah Minang terus me­nunjukkan tren naik.  Bahkan me­lampaui pertumbuhan eko­no­mi Sumbar tahun 2008, sebe­lum gempa 30 September 2009, sebesar 6,36 persen.

Ekonomi Sumbar sempat terpuruk usai gempa tahun 2009, ke tingkat 4,28 persen. Namun, kemudian naik pesat di tahun 2010 hingga 5,93 persen, dan kian memperlihatkan tren positif di tahun 2011 dengan pertum­buhan 6,22 persen dan triwulan III-2012 sebesar 6,8 persen.

“Secara keseluruhan kami me­yakini pertumbuhan eko­no­mi Sumbar bisa mencapai 6,5 per­sen,” kata Deputi Perwakilan Bank Indonesia wilayah VIII, Emil Akbar pada Pertemuan Ta­­h­u­nan dengan Perbankan di Ge­dung Nantongga BI Padang, ke­marin.

Emil memberikan gam­ba­ran pertumbuhan ekono­mi Sum­­bar hingga triwulan III 2012 tum­­buh mencapai 6,8 persen, le­bih tinggi dibandingkan tri­wulan se­be­lumnya 6,4 persen. “Per­tum­buhan tersebut berada di atas perkiraan Bank Indonesia yang memproyeksikan 6 per­sen,” ungkap Emil.

Emir mengatakan, mening­kat­­nya pertumbuhan ekonomi Sum­­bar seiring maraknya akti­vi­­tas ekonomi masyarakat, teru­ta­ma tingkat konsumsi yang me­ningkat terkait puasa dan pe­rayaan lebaran. 

Dari sisi permintaan, kon­sumsi rumah tangga menjadi pe­no­pang utama pertumbuhan eko­­nomi. Pertumbuhan kon­sumsi rumah tangga tumbuh 5,2 per­sen, meningkat diban­ding­kan triwulan sebelumnya yang tum­buh 4,5 persen.

Dari sisi penawaran, tinggi­nya permintaan dan konsumsi ru­­­mah tangga mendorong pe­ning­­katan pertumbuhan sek­tor-sek­tor ekonomi lainnya. Sektor in­dustri pengolahan tumbuh meningkat seiring upaya pening­katan kapasitas produksi untuk pe­menuhan permintaan dan kon­­sumsi masyarakat yang me­ning­­kat. Perayaan lebaran juga ber­dampak positif pada pening­ka­­tan pertumbuhan sektor per­da­­gangan, hotel dan restoran; sek­tor transportasi dan komu­ni­kasi; hingga sektor keuangan, per­sewaan dan jasa perusahaan. “Untuk konsumsi pemerintah ter­tahan di triwulan III-2012 se­besar 0,6 persen,” katanya.

Sedangkan investasi sendiri, se­butnya, lebih lambat 7,9 per­sen, dibanding sebelumnya tum­buh 10,4 persen. “Untuk eks­por sen­diri membaik mencapai 6,3 per­sen. Ini didukung per­daga­ngan antardaerah yang marak. Ter­masuk pertumbuhan impor Sum­bar yang masih tumbuh 10,8 persen,” katanya.  

Dari sisi inflasi, kata Emil, pa­da triwulan III-2012  tercatat 4,7 persen, cenderung menurun di­ban­dingkan triwulan sebe­lum­nya yang tercatat 7,34 per­sen. BI sendiri mem­proyeksikan inflasi Sum­bar secara keseluruhan pada kisaran 5,2 persen sekitar 1 persen. “Untuk itu perlu dila­ku­kan koordinasi dan har­moni­sa­si kebijakan antara peme­ri­n­tah pusat dan daerah. Kepada gu­­­ber­nur Sumbar, kami meng­im­bau agar segera mem­bentuk tim pengendalian inflasi daerah (TPID) di kabupaten dan kota di Sum­bar,” imbau Emil.

Kinerja Perbankan Positif

Emil mengatakan, sejalan de­ngan pertumbuhan ekonomi Sum­bar, kinerja perbankan di Su­m­bar hingga triwulan III 2012 me­nunjukkan perkembangan po­sitif. “Pertumbuhan aset bank umum secara year-on-year (yoy) mam­pu mencapai 19,0 per­sen, dan pertumbuhan kredit men­capai 16,2 persen. Semen­tara pertum­buhan dana pihak ke­tiga (DPK) bank umum di Sum­bar juga tetap mengalami per­tumbuhan positif 7,6 per­sen,” sebutnya.

Intermediasi bank umum, ka­ta Emil, juga berjalan dengan baik, dan kualitas kredit yang di­salurkan pun terjaga. Loan-to-de­posit ratio (LDR) Bank Umum di Sumbar triwulan III men­capai 134 persen, relatif le­bih tinggi dibandingkan tri­wulan sa­ma tahun sebelumnya 129,6 per­sen. “Dengan tingginya LDR yang berlangsung terus-mene­rus me­nunjukkan fokus bank umum Sum­bar lebih ke arah finan­cing (pembiayaan) diban­ding­kan fun­ding (pend­anaan),” ujar Emil.

Untuk kualitas kredit yang disalurkan masih terjaga dengan Non-Performing Loan (NPL) masih berada di bawah batas ma­k­simum yang ditetapkan BI 5 per­sen. “Pada triwulan III NPL bank umum 2,26 persen, menu­run dibandingkan periode sama ta­hun sebelumnya 2,39 persen,” ujar­nya.

Begitu pula dengan per­ban­kan syariah, yang menunjukkan per­kembangan agresif di Sum­bar. Posisi sementara di triwulan III tahun 2012, aset bank syariah tum­buh 38,5 persen. Bank sy­a­riah juga mampu me­ningkatkan penyaluran pembiayaan hingga mencapai 36,4 persen.

Industri perbankan ini, un­tuk 2013 perlu terus didorong mem­­perkuat ketahanan, efi­sien­si dan peranan dalam interme­dia­si. “Termasuk penguatan in­termediasi perluasan akses ke­pa­da masyarakat ke layanan jasa per­bankan dengan biaya ter­jang­kau melalui program in­klusif,” ucap Emil.

BI akan memperluas akses la­yanan perbankan dengan cara non-konvensional melalui pe­man­­faatan teknologi informasi, telekomunikasi, dan kerja sama keagenan  (branchless banking) pada 2013. “Dengan layanan tersebut, perbankan akan dapat men­jangkau seluruh lapisan mas­yarakat tanpa perlu meng­hadirkan fisik  kantor bank itu sendiri,” harapnya.

Optimalkan Kelas Mene­ngah

Emil juga memandang perlu me­ngoptimalkan kekuatan-ke­kuatan masyarakat kelas men­e­ngah melalui upaya percepatan la­hirnya wirausaha baru. “Bank In­­donesia juga tengah me­ran­cang skim kredit bagi wira­usaha pe­mula. Apalagi pertumbuhan kre­dit UMKM Sumbar saat tr­i­wulan III tumbuh 16,2 per­sen,” ungkapnya.  Dari sisi porsi kredit UMKM di­banding total kredit secara ke­seluruhanpada tri­wulan III-2012 sebesar 29,8 per­sen. “Kon­disi ini sedikit lebih kecil diban­di­ng porsi pada triw­u­lan yang sa­ma tahun se­b­el­um­nya tercatat 30,4 persen,” kata­nya.  Sementara, pemateri dari Chief Economist The Indonesia Economic Inteligence, Sunarsip mengatakan faktor kunci dan po­­tensi dari pertumbuhan per­eko­nomian berkesinambungan dan inklusif, di antaranya sustai­na­­bility growth dengan meng­efek­tifkan daya dorong fiskal dan mo­neter. Selanjutnya mem­perbaiki sek­tor kinerja lemah. Di an­taranya sek­tor pertanian, sek­tor manu­faktur dan sektor per­tam­bangan.

Selain itu inclusive growth me­­ningkatkan kesejahteraan so­sial dengan cara menurunkan ting­­kat kemiskinan. Lalu, me­nu­run­kan tingkat pe­ngangguran dan meningkatkan pembangu­nan manusia menuju Milenium Development Goals (MDGs).

“Perekonomian di Indonesia bisa tumbuh mencapai angka 7 per­sen. Untuk mencapai itu, ha­rus terpenuhinya  persyaratan dari faktor kunci tersebut dan si­ne­r­gitas antara akumulasi ka­pi­tal dan produktifitas,” ujar­nya.

Sunarsip menyarankan keti­ka perekonomian dunia sedang le­su saat ini, Indonesia dan dae­rah bisa lebih konsen kepada per­ekonomian domestik sehing­ga sustainable. “Selan­jutnya per­ekonomian dengan biaya ting­gi harus lebih ditekan de­ngan memperhatikan sektor riil, sek­tor pemerintahan dan sektor per­bankan,” sarannya.

Sentra Energi Nasional

Sementara itu, Guru Besar Cor­porate Governance Fakultas Eko­­nomi Unand, Niki Luk­viar­man yang jadi pem­bicara da­lam per­temuan itu menya­ran­kan, un­tuk menuju per­tumbu­han dae­­rah berk­esinam­bungan, Sum­­­­bar harus memanfaatkan pe­­luang yang mendukung per­tumbuhan ekonomi.

Di antaranya eksplorasi geo­ther­­mal (sumber panas bu­mi) di Pa­saman dan Solok sebagai sum­­ber energi Pembangkit Lis­trik Tenaga Panas Bumi (PL­TPB) yang sedang melalui pro­­­ses lelang. “Ini merupakan lang­­kah awal pengembangan sub sektor gas. Dengan peren­canaan serta pengelolaan secara benar akan berpotensi menjadikan Sumbar sebagai sentra energi listrik nasional di wilayah Su­ma­tera,” ucapnya.

Tantangannya, kata Niki, lokasi potensi di hutan lindung yang memerlukan me­mo­ra­to­rium fungsi hutan tersebut. Selanjutnya belum ada ke­se­pa­katan dan aturan terkait harga jual listrik dengan PLN. “Belum ter­sedianya infrastruktur yang men­dukung hasil eksplorasi de­ngan nilai investasi yang besar,” ujar­nya. Peluang lain, men­du­kung pembenahan kapasitas Teluk Bayur oleh PT Pelindo dengan biaya investasi mencapai Rp 1,7 triliun. “Ini upaya anti­sipasi pasar bebas ASEAN tahun 20­15. Dengan melakukan peni­ng­­katan daya tampung peti ke­mas men­jadi 150.000 unit, dan der­­maga bongkar muat akan me­­ni­ng­katkan peran dan fungsi pe­la­bu­han sebagai pintu masuk per­­dagangan Sumbar,” sa­ran­nya. Lalu tidak menyia-nyiakan peluang investasi PT Nusatama Infrastruktur yang berminat membangun jalan tol Sumbar-Riau dengan dana peminjaman dari the ASEAN Foundation.

Peluang terakhir, men­gu­ra­ngi potensi konflik terkait keb­e­radaan tanah ulayat  dalam ke­giatan investasi di Sumbar. Untuk itu, Gubernur Sumbar telah me­nge­luarkan Peraturan Gubernur  No 21 Tahun 2012 tentang Tata Ca­ra Pemanfaatan Tanah Ulayat un­tuk Penanaman Modal. (w/ril)

Padang Ekspres29 November 2012
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar


 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011-2013. PKS Lubeg - All Rights Reserved - Email: pkslubeg@yahoo.com
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger