Padang - Kinerja pertumbuhan ekonomi Sumbar dari
waktu ke waktu terus menunjukkan trend peningkatan. Buktinya, pada
triwulan I/2013, tumbuh lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, Yomin Tofri, menyebutkan jika dilihat dari harga konstan, tingginya pertumbuhan pada periode ini didorong sejumlah sektor. Pertumbuhan tertinggi pada industri pengolahan 11,8 persen, jasa-jasa 10,5 persen, perdagangan hotel dan restoran 9,2 persen. Selain itu, juga ditopang sektor pengangkutan dan komunikasi 7,7 persen, keuangan, real estate dan jasa perusahaan 7,4 persen, listrik, gas dan air bersih 5,5 persen, pertanian 2,1 persen dan pertambangan 0,2 persen.
“Sedangkan sektor konstruksi mengalami penurunan hingga 4,2 persen. Hal ini disebabkan masih rendahnya realisasi itu berbanding lurus dengan minimnya realisasi belanja modal pemerintah. Ya, karena karena sektor ini sangat bergantung pada realisasi belanja modal pemerintah,” kata Yomin pada Singgalang di Padang, Senin (6/5).
Berdasarkan data BPS Sumbar yang diterima Singgalang, sepanjang triwulan I 2013, ekonomi Sumbar tumbuh 7,2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara secara nasional hanya mampu tumbuh 6,2 persen. Berdasarkan pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh 6,3 persen, konsumsi pemerintah 5,3 persen. Selain itu, Pembentukkan Modal Tetap Bruto (PMTB/investasi) 3,6 persen, impor barang dan jasa 1,7 persen.
Pada periode ini, struktur perekonomian Ranah Minang masih didominasi sektor pertanian mencapai 22,8 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 19,2 persen. Kemudian sektor jasa-jasa 16,7 persen dan sektor pengangkutan serta komunikasi berkontribusi 15,6 persen.
“Jadi, total Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumbar berdasarkan harga berlaku pada triwulan I ini mencapai Rp11,4 trililun,” ungkapnya.
Harus buka peluang investasi
Dihubungi secara terpisah, Peneliti Senior kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Wilayah VIII, M. Setyawan Santoso, menyampaikan, pertumbuhan yang terjadi saat ini merupakan hasil investasi dua tahun belakangan. Sebab sejak 2011, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di daerah ini banyak melakukan investasi fisik maupun non fisik seperti mesin produksi.
Selain itu, juga didukung pesatnya investasi pada sektor perhotelan, perdagangan dan restoran, apalagi pasca gempa 2009. Hal itu tercermin dari tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan serta perhotelan, perdagangan dan restoran. “Jadi, investasi yang dilakukan beberapa tahun lalu itu baru memberikan nilai tambah di tahun ini,” terangnya.
Agar Sumbar tidak kehilangan momentum pertumbuhan yang sangat bagus ini, tambah pria yang akrab disapa M. San ini, pemerintah daerah harus terus mendorong investasi di daerah ini. Hal itu bisa berupa perbaikan infrastruktur yang saat ini masih kurang mendukung.
Kemudian, mengoptimalkan pelayanan satu pintu, sehingga investor tidak kesulitan dalam mengurus perizinan.
“Yang paling penting kepastian investasi itu harus dijaga,” imbuhnya. (404).
Singgalang
Foto: Gubernur Sumbar Irwan Prayitno
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, Yomin Tofri, menyebutkan jika dilihat dari harga konstan, tingginya pertumbuhan pada periode ini didorong sejumlah sektor. Pertumbuhan tertinggi pada industri pengolahan 11,8 persen, jasa-jasa 10,5 persen, perdagangan hotel dan restoran 9,2 persen. Selain itu, juga ditopang sektor pengangkutan dan komunikasi 7,7 persen, keuangan, real estate dan jasa perusahaan 7,4 persen, listrik, gas dan air bersih 5,5 persen, pertanian 2,1 persen dan pertambangan 0,2 persen.
“Sedangkan sektor konstruksi mengalami penurunan hingga 4,2 persen. Hal ini disebabkan masih rendahnya realisasi itu berbanding lurus dengan minimnya realisasi belanja modal pemerintah. Ya, karena karena sektor ini sangat bergantung pada realisasi belanja modal pemerintah,” kata Yomin pada Singgalang di Padang, Senin (6/5).
Berdasarkan data BPS Sumbar yang diterima Singgalang, sepanjang triwulan I 2013, ekonomi Sumbar tumbuh 7,2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara secara nasional hanya mampu tumbuh 6,2 persen. Berdasarkan pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh 6,3 persen, konsumsi pemerintah 5,3 persen. Selain itu, Pembentukkan Modal Tetap Bruto (PMTB/investasi) 3,6 persen, impor barang dan jasa 1,7 persen.
Pada periode ini, struktur perekonomian Ranah Minang masih didominasi sektor pertanian mencapai 22,8 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 19,2 persen. Kemudian sektor jasa-jasa 16,7 persen dan sektor pengangkutan serta komunikasi berkontribusi 15,6 persen.
“Jadi, total Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumbar berdasarkan harga berlaku pada triwulan I ini mencapai Rp11,4 trililun,” ungkapnya.
Harus buka peluang investasi
Dihubungi secara terpisah, Peneliti Senior kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Wilayah VIII, M. Setyawan Santoso, menyampaikan, pertumbuhan yang terjadi saat ini merupakan hasil investasi dua tahun belakangan. Sebab sejak 2011, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di daerah ini banyak melakukan investasi fisik maupun non fisik seperti mesin produksi.
Selain itu, juga didukung pesatnya investasi pada sektor perhotelan, perdagangan dan restoran, apalagi pasca gempa 2009. Hal itu tercermin dari tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan serta perhotelan, perdagangan dan restoran. “Jadi, investasi yang dilakukan beberapa tahun lalu itu baru memberikan nilai tambah di tahun ini,” terangnya.
Agar Sumbar tidak kehilangan momentum pertumbuhan yang sangat bagus ini, tambah pria yang akrab disapa M. San ini, pemerintah daerah harus terus mendorong investasi di daerah ini. Hal itu bisa berupa perbaikan infrastruktur yang saat ini masih kurang mendukung.
Kemudian, mengoptimalkan pelayanan satu pintu, sehingga investor tidak kesulitan dalam mengurus perizinan.
“Yang paling penting kepastian investasi itu harus dijaga,” imbuhnya. (404).
Singgalang
Foto: Gubernur Sumbar Irwan Prayitno
0 komentar:
Posting Komentar