Terima kasih kepada pengunjung blog. Jumlah kunjungan telah melewati 23.000. Nikmati postingan baru setiap Sabtu-Ahad
Home » » Dua Mentalitas

Dua Mentalitas

Written By Unknown on Minggu, 09 Juni 2013 | 10.30

Muslihun Asli

Dia adalah seorang yang baik dan memperbaiki. Hatinya resah, khawatir, cemas dengan segala ketidak idealan di sekitarnya. Maka dia terus berupaya memperbaikinya, tanpa kenal lelah dan kata selesai. Dalam aktifitasnya memperbaiki masyarakatnya, dia menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat tersebut dan merasa memilikinya. Tak rela hatinya keburukan dan cacat menimpa mereka. Dia tidak merasa baik, bersih dan suci sendiri. Bagaikan seorang yang memiliki rumah reot nan buruk, bagaimanapun kondisi rumah itu, itu adalah miliknya. Ibarat seorang ayah yang mendidik anaknya, senakal apapun, dia tetap anaknya.

Bila harus memperbaiki apa yang rusak, maka dia tidak menimbulkan kerusakan yang lebih besar. Hati kecilnya menginginkan kebaikan atas objek yang diperbaikinya. Bila harus bersikap dan berkomentar maka dia berusaha membebaskan dirinya dari standar “suka atau tidak suka”. Pelaku keburukan bukanlah musuhnya, melainkan keburukan itulah yang dia musuhi. Sehingga bila pelaku itu tobat dan kembali kepada kebenaran, begitu mudah baginya untuk dekat dan akrab dengannya.

Begitulah baginda Rasulullah saw mencontohkan. Beliau tak pernah membenci penduduk kota Makkah. Beliau merasa bagian dari mereka. Beliau mengharapkan dan mendoakan mereka dapat hidayah. Bahkan di saat mereka sudah menyakitinya, Beliau tetap berdoa dan bermohon kepada Allah agar mereka ditunjuki. Sambil mengusap darah lukanya, dia berdoa: “Ya Allah, ampuni kaumku, karena mereka tidak mengetahui…”. Dikala Beliau hijrah (terusir) dari Makkah, sambil menatap ke arahnya Beliau berkata: “Engkau adalah sebaik-baik negeri yang aku cintai, seandainya kaumku tidak mengusirku, aku tak akan tinggal di negeri lain selainmu…”. Dan ketika Beliau kembali lagi ke Makkah menundukkannya, Beliau memberikan keamanan bagi penduduk Makkah yang telah mengusirnya dahulu.

Muslihun Gadungan

Dia orang baik, juga ada keinginan memperbaiki. Tapi lebih banyak mengkritisi dari pada memperbaiki. Dia merasa tak bagian dari yang dikritisinya, apalagi merasa memilikinya. Cacat dan kurang adalah sasaran kritikannya. Namun langkah-langkah nyata untuk memperbaikinya tidak terlalu terasa. Dia cendrung mengambil sikap sebagai oposisi. Timbangan sikapnya sering terwarnai oleh rasa “suka dan tidak suka”. Dia ibaratkan seseorang yang melihat anak tetangganya yang nakal: “biarin saja, dia gak anak saya…”.

Dia cendrung memusuhi keburukan dan pelakunya sekaligus. Tak ada (jarang) dia lantunkan doa untuk dapat hidayahnya orang-orang yang berprilaku salah/buruk. Kalau orang yang berbuat salah telah taubat dan mengakui kesalahannya, bukannya respon bahagia yang muncul darinya, justru pernyataan: “betulkan, apa yang saya katakan…?”.

Tidak jarang disaat dia memperbaiki kondisi yang salah, dia menimbulkan kemudharatan yang lebih besar. Dan dia tidak peduli itu, atau tak sempat mempertimbangkan itu sama sekali. Biarlah rumah rusak yang penting tikus dapat ditangkap. Dalam diri dan hatinya ada perasaan “sayalah standar kebenaran”. Dia lebih banyak bicara, komentar, tanggapan dari pada tindakan nyata. Bila ada muslihun lain yang berbeda pendapat dengannya, maka perbedaan pendapat sering dianggap permusuhan.

Wallahu A'laa wa A'lam bish Shawab


Irsyad Syafar
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar


 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011-2013. PKS Lubeg - All Rights Reserved - Email: pkslubeg@yahoo.com
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger