PAYAKUMBUH — Menteri Pertanian,
Suswono mengaku kagum dengan Pemerintah Kota Payakumbuh dan Pemerintah
Sumbar yang berhasil mengembangkan varietas tanaman raphies excalsa.
Perasaan Suswono diungkapkan saat melepas truk pengangkut raphies
excalsa, sebelum diekspor ke Belanda di Payakumbuh, Jumat (31/5).
“Tanaman ini bagus, harganya juga mahal. Ke depan harus dikembangkan,” ujar Suswono kepada Walikota Riza Falepi.
Ekspor raphies itu, ditandai dengan pengguntingan pita oleh Ketua TP-PKK Payakumbuh, Henni Riza Falepi dan pemecahan kendi oleh Suswono. Ekspor perdana itu disaksikan anggota Muspida, Kadis Pertanian Sumbar Djoni, Sekdako Payakumbuh Benni Warlis, Asisten I Yoherman, sejumlah pejabat eselon I dari Kementan, pimpinan SKPD, tokoh masyarakat setempat dan undangan lainnya.
Menurut Mentan, Payakumbuh dan Sumbar juga akan menjadi daerah pengekspor raphies excalsa di Indonesia. Sekarang tinggal usaha mempertahankan mutu bunga tersebut. Pemerintah pusat siap memberikan dukungan bagaimana sektor pertanian maju dan berkembang.
“Budidaya tanaman holtikultura, tanaman pangan, bunga-bungaan serta usaha peternakan dan perikanan, harus dilakukan terpadu antara pemerintah dengan petani dan pemilik modal besar. Pemerintah daerah diharapkan mampu merangkul pihak swasta mengembangkan investasi,” jelas Suswono.
Selain melepas truk pengangkut tanaman raphies, Mentan juga meresmikan pabrik pengelolaan kakao di Kapalo Koto, Aua Kuniang, Payakumbuh Selatan. Pabrik pengelolaan kakao menjadi cokelat bernama Chokato alias coklat kapalo koto itu, dibarengi dengan kunjungan ke BPTU Padang Mengatas, Luhak, Limapuluh Kota.
Walikota Riza Falepi didampingi Kepala Dinas Pertanian Mediar Indra menyebutkan, pemko bertekad terus mendorong petani raphies mengembangkan usahanya. “Kita bertekad, raphies tumbuh dan ditanami masyarakat di penjuru Payakumbuh. Soal program pertanian, kita tidak mau main-main. Kita akan terus mendorongnya,” ujar walikota.
Djoni menjelaskan, pengembangkan tanaman hias jenis raphies diawali dengan penetapan program gerbang ekspor oleh Kementrian Pertanian, 2008. Ditetapkan tiga provinsi meliputi Sumbar, Kepulauan Riau dan Riau. Kemudian di Sumbar ditetapkan lima sentra tanaman hias yakni, Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, Agam dan Payakumbuh. Dalam perjalanannya, perkembangan tanaman ini cukup bagus.
Peluang tanaman hias tropis jenis palm cukup disukai di negara-negara Eropa, bahkan raphis termasuk kualitas yang bagus dan nilai jualnya mahal.
Ia mengatakan, proses pengembangan raphis setelah ditanam induknya, baru anaknya ditanam untuk menumbuhkan selama satu bulan.
Berikut prosesnya masukan dalam rangkap selama satu bulan untuk proses perangkainnya dan di Jakarta dua bulan, serta pengiriman dua bulan, artinya dari proses tanam sampai ekspor lima bulan.
Sorot gambir
Menteri Pertanian sempat geleng-geleng kepala, saat mendengar kabar, jika kini nasib ribuan petani gambir di Limapuluh Kota, tengah terpuruk di titik nadir.
Kepada Singgalang Jumat (31/5), Suswono mengaku tidak habis pikir, kenapa pemerintah daerah kurang kreasi dalam menggenjot harga gambir. “Kaget saya mendengar, jika kehidupan petani gambir, tidak sebagus tengkulak,” ujar Suswono, saat dicegat Singgalang usai meresmikan pabrik pengelolaan kakao yang pertama di Sumbar itu.
Menurut Suswono, harga gambir tidak akan menukik, jika pemerintah daerah penghasil gambir lebih kreatif. “Kuncinya, pemerintah daerah mesti kreatif. Kementrian Pertanian siap membantunya,” kata Suswono. (501/302/006)
Singgalang
0 komentar:
Posting Komentar