Awalnya
Sengman, lalu Bunda Putri. Keduanya sama-sama dibantah pihak istana.
Malah, untuk Bunda Putri, Presiden SBY langsung turun tangan. Tak
sekedar membantah, tapi juga turut menyerang. Presiden kan banyak! 1.000
persen berbohong! Bahkan, totalnya sampai 3.000 persen.
Untung kita punya pers yang kuat. Satu
per satu terungkap bahwa kedekatan itu bukanlah isapan jempol. Yang
awal, mulai diakui, tapi tak ada hubungan sama kasus. Kenal sekadar
kenal, tak lebih. Yang kedua belum ada kabar, masih ditimbang, atau
intelijen mungkin sedang bekerja.
Sebetulnya, nama Seng man dan Bunda Putri bukan nama fiktif yang sengaja
dibuat-buat Ridwan Hakim atau Luthfi Hasan Ishaaq. Nama itu muncul
justru dari hasil sadapan KPK. Nama lain juga banyak, tapi inilah yang
paling menonjol, karena dikait-kaitkan dengan Presiden SBY.
Banyak yang menyayangkan, bantah-membatah pihak istana terhadap
kedekatan dengan Sengman atau Bunda Putri, termasuk reaksi Presiden yang
langsung mencap Luthfi pembohong. Ada apa ini? Psikolog Hamdi Muluk
justru menilai kesaksian Luthfi bisa benar karena reaksi itu.
Tapi, tak sekali ini Presiden SBY terlihat marah di hadapan publik. Di
tempat yang sama, Bandara Halim Perdana Kusuma, SBY juga pernah marah
saat beredarnya SMS gelap atas nama Nazaruddin dengan nomor
(+6584393907), yang saat itu disinyalir melarikan diri ke Singapura.
Isi SMS gelap itu kurang lebih sama, yakni gurita kasus korupsi yang
sudah menyentuh istana. Tak jelas, ke mana pesan marah itu disampaikan?
Mungkin kepada Nazaruddin yang saat itu entah berada di mana. Atau,
kepada pihak-pihak yang sengaja mendompleng dalam kasus itu.
Tapi, yang pasti, setelah tertangkap, Nazaruddin memang membuat surat
terbuka kepada Presiden SBY, yang meminta perlindungan terhadap istri
dan anaknya. Anehnya, Presiden SBY menanggapi surat itu. Banyak yang
mempertanyakan, tapi tenggelam dengan peristiwa-peristiwa lain.
Nazaruddin memang tak menyinggung istana. Kini, adiknya, Nasir tetap
jadi caleg nomor 1.
Pihak istana juga pernah membantah kedekatan Presiden SBY dengan
Artalyta Suryani, saat Ayinsapaan akrabnyatertangkap dalam kasus suap
jaksa Urip Sumo harjo. Saat itu jubir presiden Andi Mallarangeng, agak
mirip dengan bantahan Julian Aldrin Pasha atas Sengman.
Tampaknya, pihak istana, termasuk presiden, kurang belajar sejarah.
Atau, seperti kata banyak pengamat, presiden amat sensitif bila diri dan
keluarganya dikait-kaitkan dengan korupsi. Jangankan Luthfi, SMS gelap
saja dihantamnya! Yang lain boleh diduga korupsi, istana jangan!
Padahal, jauh hari, Wamen Hukum dan HAM Denny Indrayana, saat masih
aktif menjadi pegiat antikorupsi telah mensinyalir bahwa salah satu
episentrum korupsi adalah istana. Entahlah saat Denny masuk, episentrum
itu telah beralih, karena peran sertanya, yang tak diketahui publik.
Luthfi, mungkin baru tahu reaksi marah Presiden SBY dari istrinya yang
menjenguk nya, saat libur hari raya Idul Adha lalu. Tapi, kader PKS yang
terkenal temperamental, Fahri Hamzah, telah langsung menimpali reaksi
marah presiden itu. Ia mengatakan SBY jangan berlagak pilon.
Artinya, Luthfi tak akan ciut dan mengubah kesaksiannya, sebagaimana
Nazaruddin yang membuat surat terbuka, lalu tiba-tiba fokus kepada Anas
Urbaningrum, dan memicingkan mata saat ada dalam catatan Yulianis, Ibas
juga pernah terima uang 200 ribu dolar dari perusahaannya.
Apalagi, secara politik, perang terbuka PKS-SBY bukanlah yang pertama
kali. Fahri juga dihantam kader Demokrat. Farhan Effendy meminta Fahri
diam! Sekretaris DPD Sulteng, Talitti Paluge mengatakan Fahri tak
mencerminkan politisi Islam. Tapi, Fahri tetap minta SBY berlulur.
Diharapkan, politik tak mengaburkan kasus hukum. Apalagi 2014 telah menjelang. Luthfi berbicara di persidangan, di bawah sumpah.
Bila ada yang membantah, sebaiknya juga di bawah sumpah. Mau tak mau,
Sengman dan Bunda Putri mesti dihadirkan agar semuanya menjadi jelas.
(*)
Erizal (Direktur INCOST)
Singgalang
0 komentar:
Posting Komentar