Terima kasih kepada pengunjung blog. Jumlah kunjungan telah melewati 23.000. Nikmati postingan baru setiap Sabtu-Ahad
Home » » Taujih Ustadz Anis Matta: U A N G (Bagian 1)

Taujih Ustadz Anis Matta: U A N G (Bagian 1)

Written By Unknown on Selasa, 13 September 2011 | 10.36


Uang

Oleh: M. Anis Matta, Lc.

Ini adalah bagian dari ceramah saya ketika Jaulah, sekedar ide semoga bermanfaat dan menjadi bahan untuk didiskusikan, meski ada Ikhwah yang mengatakannnya Anismismi (ajaran anis) yang terkesan glamour dan konsumtif… tapi sekali lagi ini adalah sekedar ide…
Bismillah,
Ikhwan dan Akhwat sekalian,
Alhamdulillah kita dipertemukan oleh Allah dipagi hari ini, walaupun
kemarin saya ragu-ragu apakah saya bisa hadir hari ini atau tidak. Istri
saya sakit demam berdarah dan dirawat di rumah sakit hingga hari ini.
Alhamdulillah hari ini ada perbaikan sedikit dan bisa ditinggal. Selain
itu, rasanya sudah rindu sama antum semuanya karena cukup lama
tidak ke sini. Sebenarnya saya punya rencana kunjungan ke sini pada
bulan Januari yang lalu dalam rangkaian jaulah ke 13 DPW bersama 13
pengurus Bidang Kaderisasi dan Bidang Pembinaan Wilayah. Rencana
itu dibatalkan karena saat itu sedang musim pesawat jatuh, jadi ada 8
DPW yang kita pending perjalanannya termasuk ke kota Pekan Baru ini.
Ikhwan sekalian.
Pagi ini kita bicara tentang uang. Sudah lama sekali saya mengusulkan
bagian kurikulum di departemen kaderisasi untuk memasukkan pokok
bahasan tentang uang. Gagasan- gagasan itu mulai muncul ketika
saya dahulu berada di awal dakwah ini. Salah satu pekerjaan yang
saya lakukan adalah Lajnah Minhaj, di Bidang Kaderisasi bersama kang
Aus. Saat itu, saya ikut menyusun beberapa Materi Tahmidi H1, H2.
Kita memang tidak pernah berfikir untuk menyusun satu materi
tentang uang karena yang ada dibenak kita bahwa bagian- bagian dari
tarbiyah itu adalah tarbiyah ruhiyah, tarbiyah fikriyah dan tarbiyah
jasadiyah. Ketika kita membuat partai, kita menambah sedikit yaitu
materi tarbiyah siyasiyah.
Jadi Kalau wasilah dari tarbiyah ruhiyah itu banyak, ada Lailatul
Katibah juga mutaba’ah yaumiyah. Wasilah tarbiyah fikriyah juga
banyak tatsqif dan macam- macam. Tarbiyah Jasadiyah ada latsar ada
mukhoyam. Tarbiyah siyasiyah sudah dengan sendirinya karena ada
wasilah berupa partai. Tapi kita semuanya menghadapi suatu benturan
realita yang disebabkan karena ada missing link dalam system berfikir
kita.
Ada satu kosa kata yang tidak masuk kedalam benak kita padahal itu sangat menentukan masa depan kita yaitu uang. Jika ada yang bertanya kenapa kita miskin maka jawab “tidak belajar masalah uang”.
Ikhwan sekalian
Salah satu gejala benturan budaya yang sering kita lihat muncul
bersama munculnya orang-orang setengah kaya baru. Tapi itu tidak
disebabkan karena bibit- bibt kemiskinan itu memang ada dalam diri
kita, ada dilingkungan kita, bahkan ketika kita mulai membuat partai.
Padahal kita belum kaya dan memang belum kaya. Apabila kita
memakai standar Kiyosaki, masuk dalam tahap amanpun belum. Tapi
sudah dianggap hanya kayak arena sedikit beda dengan teman-teman
ikhwah yang lain. Kita dianggap kaya karena memiliki mobil padahal
mobil itu kebutuhan pokok dalam fiqih Islam. Kita juga dianggap kaya
karena bisa bangun rumah, padahal itu indikator dari garis kemiskinan.
Rasulullah mengatakan “Cukuplah bagi seorang Muslim itu bahwa dia
punya sebuah rumah dan seorang pembantu”. Jadi, rumah itu sama
dengan pakaian. Hanya saja, dilingkungan kita, banyak yang
mempunyai anggapan, orang disebut kaya kalau sudah punya rumah.
Ikhwah sekalian
Oleh karena itu, banyak sekali yang bolong dalam tsaqafah kita
tentang uang. Kita bukan hanya salah membuat persepsi-persepsi itu,
tetapi juga terkadang mempunyai kecenderungan anti uang. Kalau
istilah Ust. Rahmat Abdullah ikhwah itu sabar menderita tapi tidak
sabar melihat orang lain lebih kaya. Makanya mudah muncul gossip
dikalangan orang yang punya sedikit kelonggaran secara finansial,
apalagi kalau sebab kelonggaran finansialnya itu karena dia menjadi
anggota dewan. Jadi pada tahun 1999, saya jadi ketua tim khusus.
Pada waktu itu sebagai Sekjen saya tahu persis dimana letak daerah
kuatnya PKS kalau saya mau jadi anggota dewan. Ketika itu saya
dicalonkan dari Bandung, Jakarta dan Sulawesi Selatan atas usul DPW
masing- masing. Nah, pilihan tertinggi jatuh pada Sulawesi Selatan.
Waktu itu saya belum mau jadi anggota dewan karena saya belum
punya rumah dan mobil. Saya tidak tidak mau bila nanti ada persepsi
bahwa saya punya mobil dan rumah karena jadi anggota dewan. Oleh
karena itu saya pilih Sulawesi Selatan. Jika saya pilih Bandung atau
Jakarta pasti saya terpilih jadi anggota dewan pada tahun 1999. Saya
mengerti persepsi-persepsi, gossip dan fitnah tentang harta di
kalangan kita itu banyak disebabkan tsaqafah yang bolong tentang
uang. Jadi, kita bukan hanya tidak berbakat jadi kaya tapi juga tidak
senang dengan orang kaya dan cenderung anti kekayaan.
Kapan saatnya kita mulai mengalami benturan keuangan. Yang pertama setelah kita punya anak. Dahulu waktu saya kuliah, kita dimotivasi untuk cepat menikah oleh para murabbi kita, dengan satu alasan kemaksiatan sudah merajalela disekitar kita, daripada kita berzina lebih baik kita menikah. Kalau kita berargumen lagi bahwa kita belum ada pekerjaan karena kita masih tawakkal ‘alallah, innallaha Ghoniy, seluruh alasan- alasan aqidah
dikerahkan untuk mendorong kita nikah.
Sebagian besar angkatan saya menikah di tahun pertama waktu
kuliah. Saat itu saya belum menikah. Di tahun kedua lebih banyak lagi
yang menikah, saya belum menikah. Di tahun ketiga lebih banyak lagi
yang menikah. Saya termasuk yang telat menikah pada waktu itu. Tapi
kemudian kita menemukan fakta bahwa ikhwah-ikhwah yang menikah
semasa kuliah itu sebagian besar angka pelajarannya jeblok karena
disibukkan dengan dakwah juga harus mencari ma’isyah. Saya
menikah di tahun keempat setelah angka saya stabil karena naik satu
point lagi. Dosen saya sampai mengatakan, kalau kamu ambil Master,
menikah satu kali lagi. Ada ikhwah yang mengatakan kepada saya,
Masya Allah, Antum ini merencanakan sesuatu dengan detail. Saya
bilang antum punya semangat tapi tidak punya rencana bagus.
Jadi kita semua mulai mengenal uang dan mempunyai persepsi bahwa
uang itu perlu ketika anak kita menangis. Ketika saya datang ke calon
mertua-saat itu beliau anggota DPR dan sudah 17 tahun menjadi
petinggi Golkar—untuk melamar, dia bertanya kepada saya: “Anak
saya mau dikasih makan apa?” Saya bilang mungkin saya tidak share
di rumah bapak tapi Insya Allah tidak makan batu. Kemudian dia
bertanya lagi, “Pendapatan kamu berapa?” Saya jawab, saya ada
beasiswa 200 ribu perbulan. “Selain itu apa lagi?” Saya bilang tidak
ada. “Masih kuliah”. Tapi waktu itu istri saya mengancam, kalau tidak
kawin dengan saya, dia tidak mau kawin lagi. Akhirnya kita menikah
juga. Jadi kita ini ikhwah learning by accident. Belajar dari benturan.
Ikhwah sekalian
Rasanya saya sendiri sebenarnya tadinya tidak pernah tertarik
mengenal uang lebih jauh. Karena 6 tahun saya di Pesantren juga tidak
pernah belajar uang. Lima tahun setengah kuliah di LIPIA Fakultas
Syari’ah juga tidak pernah belajar uang kecuali 1 bab dalam pelajaran
Fiqh yaitu kitab zakat, itupun dalam orientasi Amil Zakat, tidak ada
orientasi menjadi muzakki. Saya mulai tertarik dengan uang setelah
mengalami benturan diawal tadi saya ungkapkan, juga benturan ketika
saya di Sekjen. Setelah jadi Sekjen itulah saya mulai menilai ada suatu
masalah besar yang akan kita hadapi kalau masalah-masalah ini tidak
selesai. Sejak itulah saya mempelajari hal ini. Sebelumnya meskipun
saya mengajar Ekonomi Islam di UI, banyak belajar dan membaca
masalah-masalah ekonomi, juga banyak membaca buku- buku bisnis
dan bergaul dengan orang-orang bisnis, saya belum seberapa tertarik
secara langsung dan punya perhatian secara khusus terhadap masalah
uang. Ketertarikan itu mulai muncul setelah mengalami benturan
betapa sulitnya kita mendanai aktifitas perpolitikan ini

Sumber http://pengusahapks.wordpress.com
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar


 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011-2013. PKS Lubeg - All Rights Reserved - Email: pkslubeg@yahoo.com
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger