“Semua yang
dimiliki kader harus bisa dikontribusikan untuk dakwah dan jama’ah. Jika kita
punya rumah, harus ada kontribusi rumah untuk kegiatan dakwah dan jama’ah. Jika
punya mobil, harus ada kontribusinya untuk dakwah dan jama’ah. Jika punya
motor, harus ada kontribusinya untuk dakwah dan jama’ah. Dengan cara itulah
kegiatan dakwah akan terus berjalan dengan lancar dan berkesinambungan”,
demikian tausiyah dari ustadz Subaryanto, dalam acara Forum Silaturahmi Kader Dakwah
Banguntapan, Bantul, DIY, Senin 13 Februari 2012.
Tausiyah ini
sangat penting dan mendalam. Ada pertanyaan besar yang sering disampaikan
orang, mengapa kita bisa memiliki banyak kegiatan, bersambung dari satu
kegiatan ke kegiatan berikutnya, seakan tidak pernah berhenti dan istirahat.
Pertanyaan mereka lebih ke arah, “Berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk
berbagai kegiatan tersebut?” Ternyata kita sendiri bahkan tidak pernah
menghitungnya, karena kita melakukan saja, bekerja saja, berkegiatan saja,
tanpa pernah menghitung dengan rinci semua pengeluaran kita.
Lihatlah
tradisi dakwah dan jama’ah yang sudah kita bangun selama ini. Pertemuan
dilakukan dari rumah ke rumah, sekaligus silaturahim antar kader dakwah. Saat
menghadiri pertemuan, kita datang dengan mengendarai motor, mobil, atau
menggunakan angkutan umum. Kita tidak pernah meminta ganti atas semua yang kita
keluarkan secara pribadi, demi kelancaran kegiatan dakwah. Inilah salah satu
cara untuk mengkontribusikan semua potensi yang kita miliki untuk dakwah dan
jama’ah.
Coba jika
dihitung dengan teliti, berapa banyak dana yang telah kita keluarkan untuk satu
pertemuan. Tempat pertemuan gratis, karena tidak perlu menyewa. Rumah kader
bisa kita gunakan sebagai tempat pertemuan, bahkan di garasi atau di halaman
belakang rumah pun bisa. Tuan rumah dengan suka rela menyediakan minuman dan
makanan, sebagaimana tradisi menjamu tamu pada umumnya. Masih ditambah berbagai
sarana seperti tikar, karpet, atau kursi dan meja, serta fasilitas pertemuan
ala kadarnya yang dimiliki tuan rumah. Tempat pertemuan gratis, jamuan gratis,
fasilitas gratis.
Para peserta
datang sendiri, tanpa meminta ganti ongkos transport. Jika harus mengganti
ongkos transport, maka akan terkumpul jumlah yang cukup besar, karena kader
datang dari berbagai tempat yang berjauhan. Namun kehadiran kader dalam sebuah
pertemuan dakwah, lebih sering tidak dikaitkan dengan ongkos transport, karena
sudah menjadi tradisi rutin yang berjalan selama ini. Semua datang dengan
kecintaan, semangat, pengorbanan dan harapan. Dengan demikian untuk satu
pertemuan, hampir tidak ada dana yang perlu dikeluarkan karena semua sudah
ditanggung oleh masing-masing kader yang menjadi peserta.
Kecuali
untuk acara tertentu yang berskala nasional, memang ada sedikit “hitungan” yang
berbeda, karena ada renik-renik dan unsur publisitas tertentu yang ingin
dimunculkan. Secara umum, sekian banyak agenda dakwah yang telah berjalan rutin
selama ini, menjadi tanggungan setiap kader, tanpa ada “hitungan” ganti. Semua
kader memahami, ganti akan diberikan secara langsung oleh Allah dalam jumlah
yang berlipat, jauh lebih banyak dari apa yang mereka kontribusikan.
Logika
seperti ini sepertinya sulit dipahami masyarakat pada umumnya, bahwa ada banyak
agenda kegiatan organisasi bisa berjalan dengan baik dan rutin, tanpa perlu
kucuran dana dari organisasi. Biasanya, pada organisasi secara umum, setiap
agenda kegiatan, selalu menimbulkan anggaran. Semakin banyak kegiatan, semakin
besar pula anggaran yang harus
dikeluarkan. Kenyataannya, ketika tidak disediakan anggaran, kegiatan tidak
bisa berjalan. Tidak begitu dengan organisasi dakwah. Logika yang berkembang
adalah tadhiyah, sedangkan tadhiyah muncul dari kepahaman dan keikhlasan.
Tausiyah
ustadz Subaryanto tersebut mengingatkan kita semua tentang urgensi kontribusi.
Kader telah terbiasa dengan jalan kontribusi, bahkan bagi mereka, hal ini sudah
tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi. Kontribusi sudah menjadi
akhlak, sudah menjadi aktivitas spontan, dan harian. Tidak perlu berpikir
apakah akan meminjamkan ruangan untuk pertemuan, tidak perlu pertimbangan
apakah akan meminjamkan mobil untuk perjalanan dakwah, tidak perlu merenung
untuk memberikan fasilitas guna kelancaran kegiatan dakwah dan jama’ah. Semua
sudah berjalan dengan sendirinya, tanpa dihitung-hitung dan diingat-ingat.
Setiap kader
dakwah tidak pernah mengingat dan tidak memiliki catatan pribadi, berapa ratus
ribu liter bensin telah dikeluarkan untuk kegiatan dakwah dan jamaah. Berapa
juta kilometer jalan pernah ditempuh dalam menunaikan amanah dakwah. Berapa ribu
kali meminjamkan motor atau mobil untuk kepentingan dakwah dan jama’ah. Berapa
ribu kali menyediakan rumahnya untuk tempat kegiatan dakwah dan jama’ah. Berapa
banyak uang telah dikeluarkan untuk kelancaran dakwah. Berapa banyak tenaga
telah dikeluarkan guna menunaikan amanah dakwah.
Semua tidak
dihitung, semua tidak diingat, semua tidak dicatat. Semua dikerjakan sepenuh
kecintaan, sepenuh kesadaran, sepenuh kepahaman. Semua dikeluarkan dengan
harapan akan mendapatkan balasan terbaik dari sisi Allah. Semua dikeluarkan
tanpa perasaan menyesal. Hal ini bisa terjadi, karena kader memahami bahwa kontribusi
adalah kunci keberlanjutan dakwah dan jama’ah. Kontribusi adalah jalan menuju
kemenangan. Kontribusi adalah kekuatan.
Sungguh, kontribusi
telah menjadi jalan hidup kami.
0 komentar:
Posting Komentar