Siapakah Luqman Al Hakim ?
Para Ulama berbeda pendapat siapa Luqman :
Ibnu Wahab berkata : Ia adalah anak saudara perempuan Nabi Yusuf (Keponakannya)>
Imam Muqatil berkata : Ia adalah anak dari bibi Nabi Yusuf (Sepupunya).
Sebagian
ulama berpendapat : Ia adalah salah satu anak Azar, sebagian yang lain
berpendapat ia adalah anak dari saudara Nabi Ibrahim (Keponakannya).
Imam
Alusi berkata: Mayoritas berpendapat bahwa Luqman adalah seseorang yg
hidup pada masa Nabi Dawud, dan beliau merajihkannya.
Apakah Luqman seorang nabi?
Para Ulama juga berbeda pendapat dalam hal ini. Ada dua pendapat terkait masalah ini :
Pendapat
pertama : Luqman bukanlah seorang Nabi, tetapi ia seorang hamba yg
sholih. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama, dan pendapat ini
merupakan pendapat yang lebih dekat kepada kebenaran,
dikarenakan bahwa Luqman adalah seorang budak sahaya, sehingga tidak
bisa dikatakan seorang Nabi, karena Nabi diutus oleh Allah dari golongan
pemuka nasab.
Pendapat kedua : Luqman adalah seorang Nabi. Ini merupakan pendapat minoritas ulama.
Terlepas dari semua perbedaan di atas, smua sepakat bahwa Luqman adalah salah satu hamba Allah yg Allah lebihkan atas yang lain dengan hikmah. Allah berikan hikmah kepadanya, hal ini sesuai dengan firman Allah :
“Dan sungguh telah Kami berikan hikmah kepada Luqman …” (QS. Luqman : 12)
Makna Hikmah
Kalimat
Al Hikmah dalam ayat di atas, berarti hikmah. Sedangkan hikmah, dalam
kitab-kitab tafsir, mempunyai makna sebagai berikut :
Imam Mujahid berkata, hikmah adalah Pemahaman, kebenaran dalam berkata dan berbuat, juga akal.
Sedangkan Imam Ashbahani berkata, hikmah ialah Pendapat yang benar karena ilmu dan akal yang dimilikinya.
Lain
hal dengan imam Nawawi, beliau mendefinisikan hikmah yaitu Suatu Ilmu
yg berbarengan dengan kebijaksanaan, mencakup makrifah kepada Allah,
pengetahuan yang dalam demi merealisasikan kebenaran dan mengamalkannya,
serta menjauhi kebatilan.
Makna2
yg ada diatas Allah karuniakan kepada hambaNya yang dikehendakiNya,
diantaranya yaitu kepada Luqman. Sehingga beliau terkenal dg julukan
Luqman Al Hakim “Luqman Yang Punya Hikmah”, juga namanya menjadi abadi
karena Allah mengabadikan namanya menjadi nama salah satu surat dalam Al
Qur’an.
Nasehat Luqman
Merupakan
hak anak-anak untuk mendapatkan mauidzhoh ataupun nasehat yang baik
dari orangtuanya, dengan nasehat tersebut seorang anak akan berjalan
dengan petunjuk cahaya, sehingga tumbuh kembang menjadi anak yang berkepribadian baik, beraqidah lurus, berakhlaqul karimah untuk membangun dan memakmurkan dunia dengan syariat Allah.
Dalam
surat Luqman, Allah mengabadikan nasehat-nasehat juga hikmah-hikmah
yang ditujukan kepada anaknya, untuk menjadi pelajaran dan ibrah bagi
orang-orang yang beriman. Nasehat-nasehatnya yang ada dalam Al Qur’an
patut dijadikan madrasah bagi para orang tua, para pendidik juga bagi
semua kaum yg beriman untuk menjadi generasi yang penuh dengan keimanan,
generasi penerus kejayaan Islam.
Allah berfirman :
وَلَقَدْ
آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ
فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ
حَمِيدٌ (12) وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا
بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13)
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى
وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ
لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14) وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ
تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ
إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ (15) يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ
خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ
يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ (16) يَا بُنَيَّ
أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ
بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ
إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (17) وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ
لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ
كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (18) وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ
صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ (19)
Dan
sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur [kepada
Allah], maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji". (12) Dan [ingatlah] ketika Luqman berkata
kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan [Allah] sesungguhnya mempersekutukan
[Allah] adalah benar-benar kezaliman yang besar". (13) Dan
Kami perintahkan kepada manusia [berbuat baik] kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun [1] Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu. (14)Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan. (15) [Luqman berkata]: "Hai
anakku, sesungguhnya jika ada [sesuatu perbuatan] seberat biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya [membalasinya]. Sesungguhnya Allah Maha Halus [2] lagi
Maha Mengetahui. (16) Hai anakku, dirikanlah shalat dan
suruhlah [manusia] mengerjakan yang baik dan cegahlah [mereka] dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan [oleh Allah]. (17) Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia [karena sombong] dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (18) Dan sederhanalah kamu dalam berjalan [3] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (19)
Nasehat Luqman dalam ayat-ayat di atas, bisa disimpulkan dibawah ini :
Pertama : Nasehat berupa perintah untuk menjaga Tauhid, dan menjauhi syirik.
Hal
ini sesuai dengan firmanNya dalam ayat 13 : “… Wahai Anakku, jauhilah
olehmu kesyirikan, sesungguhnya syirik itu kedholiman yang agung”.
Perhatikan dalam kalimat-kalimat tersebut, Luqman
menggunakan sebuah cara menasehati dengan kata panggilan yg lembut “..
ya Bunayya.. wahai Anakku..”, kata yang dipakai pertama kali untuk
manarik perhatian, dan supaya si anak mendengarkan apa yg akan
diungkapkan oleh si ayah, untuk kemudian supaya ia camkan dan
laksanakan. Perhatikan juga bahwa Luqman ketika melarang, ia memberikan
alasan larangan tersebut. Nasehat yang pertama ini, ia memberikan dengan
larangan juga alasan. Larangan untuk berbuat syirik, dengan alasan
bahwa syirik itu adalah sebuah kedholiman yang agung. Inilah hakekat
dakwah Nabi Muhammad
r kepada kaumnya.
Syirik
disebut sebuah dzolim, karena di dalam nya terdapat persamaan antara
yang beribadah dan antara Dzat Yang Berhak untuk dipersembahkan ibadah
kepadanya, yaitu “Allah”, sehingga ibadah tidak ditempatkan pada
tempatnya, inilah sebuah kedzoliman yang jelas, ketika sesuatu
ditempatkan pada yang bukan tempatnya.
Kedua : bahwa Allah Mahamengetahui hingga halhal yg terkecil sekalipun.
Ini
merupakan nasehat Luqman yg kedua. Nasehat yg berhubungan dengan aqidah
dan kepercayaan dalam perkara akhirat dan hal-hal yg berhubungan
dengannya termasuk di dalamnya balasan yang sangat adil, penghisaban
yang teliti terhadap amalan manusia.
Bahwasanya
Allah mempunyai Ilmu yang Syamil, lengkap, melingkupi segalanya, tidak
pernah luput darinya sebiji atom pun, meskipun atom tersebut tersembunyi
di dalam perut bumi, atau di dalam batu yang hitam nan gelap. Bagaimana
dg amalan manusia ?! akankah luput bagiNya?!!
Inilah
nasehat Luqman yg kedua : “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau
di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya)…”
Dalam
ayat ini pula, Luqman memperbarui kata panggilan kepada anaknya, dengan
berkata “ya Bunayya.. hai anakku”, bertujuan merefresh pikiran sehingga
sang anak memperhatikan nasehat yang kedua.
Dalam
ayat ini, jelas sekali tentang ilmu yang Allah miliki, ayat ini hampir
sama dengan ayat dalam surat Yunus : 61, “..tidak luput dari pengetahuan
Tuhanmu biarpun sebesar zarrah di bumi ataupun di langit. Tidak ada
yang lebih kecil dan tidak pula yang lebih besar dari itu, melainkan
semua tercatat dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”.
Sebagian
mufassir mengartikan nasehat Luqman ini dengan makna yang lain,
seakanakan Luqman berkata: “wWhai anakku, jika seandainya manusia
mempunyai rizqi sebesar biji sawi yang ada di batu, atau ada di langit
atau ada di bumi, maka Allah akan mendatangkannya kepada pemiliknya..”,
sehingga sudah seharusnya seorang muslim dalam urusan harta dan rizki
tidak sampai tersibukkan olehnya dari beribadah kepada Allah, karena apa
yang sudah ditakdirkan untuknya, akan menjadi miliknya.
Ketiga : Perintah untuk mendirikan sholat, dan amar ma’ruf nahi munkar
Setelah
Luqman aqidah terpatri dalam hati sanubari sang anak melalu dua nasehat
yang sebelumnya; tauhid dan perkara akhirat, Luqman meneruskan nasehat
yang lain berupa praktek amal sholih dengan sholat sebagai permulaannya.
“Hai
Anakku, dirikan sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan
cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap
apa yg menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal2 yg
diwajibkan oleh Allah” (Luqman : 17)
Nasehat
ini dimulai dengan sholat, mengingat urgensinya bagi seorang muslim.
Sholat yang merupakan penyerahan diri dan hati kepada Allah, dipenuhi
dengan kepasrahan, ketundukan, juga penuh dengan tasbih dan doa pada
waktu-waktu yang telah ditentukan oleh syariat, sholat sabagai tiang
agama. Nasehat ini tidak hanya mengajak untuk melakukan sholat saja,
tetapi mendirikannya dengan pemenuhan fardhu-fardhunya, juga
kekhusyuannya dan didirikan pada waktu-waktunya sehingga membuahkan
hasil seperti yang ada dalam surat Al Ankabut : 45, “Sesungguhnya sholat
itu mencegah seseorang dari kekejian dan kemungkaran”.
Setelah
nasehat untuk mendirikan sholat, tidak lupa Luqman mengingatkan anaknya
untuk selalu mengajak manusia kepada kebaikan “ma’ruf” dan mencegah
mereka dari kemungkaran, sehingga dengan ini dia bisa membawa manfaat
bagi orang lain pula, untuk kemudian diikuti nasehat ini dengan perintah
untuk bersabar dalam mengerjakan amar ma’ruf nahi mungkar, juga dalam
semua urusan yang ia alami.
Ada
korelasi antara perintah amar ma’ruf nahi mungkar dengan perintah
sabar, supaya ia tegar dan teguh pendirian dalam beramar ma’ruf nahi
mungkar, walaupun duri-duri dan hambatan di dalamnya selalu datang
bertubi-tubi, kesabaran akan membuatnya tak pantang mundur membela
kebenaran dan menghalau kebatilan. Luqman pun mengajarkan kepada
anaknya, bahwa Sabar itu merupakan hal yg difardhukan oleh Allah, dan
termasuk akhlaqul karimah, sabar di sini disebut dengan “min azmil
umuur”, sehingga para Nabi yang sabar hingga pada puncaknya, mereka
disebut dengan Nabi Ulul Azmi dalam surat Al Ahqaf : 35 “…Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
rasul-rasul telah bersabar..”.
Keempat : Perintah untuk tawadhu’ dan bersikap lemah lembut
Nasehat
berupa adab-adab dalam bergaul dan berinteraksi dengan manusia, nasehat
ini ada pada nasehatnya yang keempat untuk sang anak, Allah berfirman
menceritakan nasehat Luqman kepada anaknya, “… Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia [karena sombong] dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Luqman : 18)
Ayat
di atas seakan-akan berkata “hadapi dan gauli manusia dengan wajah dan
diri yang tawadhu’, janganlah kau berpaling muka dari mereka karena
kesombongan, serta hendaklah kau berjalan dengan tawadhu’ pula.
Perintah untuk berjalan dengan tawadhu’, terdapat pula dalam ayat yg lain, yaitu surat Al Isra’ : 37 “Dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali
kamu tidak akan sampai setinggi gunung”.
Kelima : Menjaga Adab berjalan dan berbicara
Nasehat ini ada dalam ayat : 19, “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Sederhana disini berarti tengah-tengah antara terlalu cepat, dan terlalu pelan, tidak
berjalan dengan penuh kesombongan. Dalam ayat diatas juga adanya
larangan untuk untuk memperkeras suara tanpa adanya kebutuhan, hendaklah
seseorang melunakkan suara ketika berbicara dengan orang lain, karena
suara yang ditinggikan tanpa adanya kebutuhan ibarat suara keledai,
dimana Allah menyifatinya dengan seburuk2-buruksuara.
METODE TARBIYAH DENGAN NASEHAT
Sesungguhnya
termasuk salah satu cara mendidik anak adalah dengan memberikan
mauidzhoh ataupun nasehat, cara ini termasuk salah satu cara jitu untuk
mendidik keimanan, juga akhlaq sang anak. Cara ini banyak sekali dipakai
oleh Al Qur’an.
Tarbiyah dengan nasehat ini mempunya banyak metode, diataranya :
1. Memanggil
dengan panggilan penuh kasih sayang. Misalnya dalam ayat tadi, kata “ya
Bunayya” terulang beberapa kali. Contoh lain ketika Nabi Nuh menasehati
anaknya untuk mau ikut dengannya, beliau memanggilnya dengan “ya
Bunayya” (QS. Hud : 42 ).
2. Memberikan mauidzoh melalui kisah dan cerita. Cara inipun banyak digunakan dalam al qur’an, mengingat betapa penting dan berpengaruh sebuah kisah dalam diri manusia.
3. Memberikan mauidzoh dengan Tanya Jawab, Tanya jawab yang akan membuat si pendengar berpikir untuk mencari jawabannya, yang kemudian jawabannya berupa nasehat. Uslub ini juga sering digunakan oleh Rasulullah dengan para Sahabatnya. Suatu ketika Rasul bertanya kepada para Sahabatnya: “siapakah orang yang bangkrut itu ?”. mereka menjawab: orang yang bangkrut yaitu orang yang tidak punya uang ataupun harta benda. Rasul berkata : “orang yang bangkrut yaitu orang datang pada hari kiamat dengan banyak puasa dan sholat serta zakat, tetapi ia telah menghina si ini, menuduh dengan tuduhan zina kepada si ini, makan harta si ini, membunuh si ini, memukul si ini, maka si ini tadi diberikan kepadanya kebaikan-kebaikannya, dan si ini diberikan kepadanya kebaikannya, jika telah habis kebaikannya sebelum selesai “hutang”nya, maka kejelekan mereka akan diambil dan ditumpahkan kepadanya, untu kemudian dia di seret ke neraka”. (HR. Muslim).
4. Memberikan nasehat dengan cara berkala dan berhemat “tidak terlalu panjang”, supaya terhindar dari kebosanan. Diriwayatkan dari Jabir, bahwa Rasulullah tidak memanjangkan khutbah pada hari Jumat, tetapi khutbahnya berupa perkataan yang sederhana “tidak terlalu panjang”. (HR. Abu Dawud).
5. Memberikan nasehat dengan cara memberikan perumpamaan dan permisalan. Permisalan dapat menarik si pendengar, dan lebih memberi pengaruh hebat dalam diri pendengar.
6. Memberikan nasehat dengan cara memberi gambar dan penjelasan. Bukhori meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia berkata : Rasulullah menggambar sebuah kotak, di tengah kotak digambar garis lurus hingga keluar dari kotak, dan memberi garis di samping garis dalam kotak tadi, lalu beliau bersabda : “ini adalah manusia, dan ini ajalnya mengelilinginya, garis-garis yang keluar ini adalah impian-impiannya, dan garis kecil yang disampingnya yaitu a’radh (perkara-perkara yang kadang menghalangi)”.
7. Memberikan mauidzhoh dengan cara praktek. Rasulullah berwudhu di depan para sahabat, lalu berkata : “Barang siapa yang berwudhu seperti wudhuku lalu mendirikan sholat dua rakaat dan ia tidak berbicara dengan dirinya sendiri (masalah dunia), ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhori)
8. Memberikan mauidzhoh dengan menunjukkan hal yang dilarang, seperti ia membawanya lalu ditunjukkan kepada yang lain, untuk menyatakan bahwa hal itu dilarang. Dari Ali bin Abi Thalib “bahwa Rasulullah mengambil kain sutera dan beliau bawa di tangan kanan, dan mengambil emas dan beliau bawa di tangan kirinya, lalu bersabda : “Dua hal ini diharamkan bagi kaum laki-laki dari ummatku”. (HR. AlMaqdisi)
http://www.facebook.com/
0 komentar:
Posting Komentar