Oleh : Mahyeldi Ansharullah
Wakil Wali Kota Padang
BULAN penuh berkah dan
ampunan yang selalu dinanti hadirnya oleh segenap kaum muslimin, akan
segera berlalu dalam bilangan hari. Tidak terasa, sebentar lagi kita
akan menyambut hari nan fitri menyongsong fajar 1 Syawal 1433 Hijriah.
Sebagaimana biasa, setiap tahun jelang 1
Syawal lazimnya masyarakat akan menunggu keputusan dari pemerintah
tentang penetapan 1 Syawal. Ini mengingat sering terjadi perbedaan
pendapat antara pemerintah dengan beberapa ormas yang ada setiap tahun.
Walhasil, saat perbedaan pendapat terjadi, masyarakat dilanda
kebingungan mana yang harus diikuti.
Semua pihak tentu berharap dalam
penetapan 1 Syawal 1433 Hijriah tidak terjadi perbedaan, sehingga
masyarakat tidak terkotak-kotak dan senantiasa bersatu padu. Karena itu,
kita perlu melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan kesatuan umat
tersebut.
Momen Ramadhan 1433 Hijriah dapat
dijadikan salah satu langkah mewujudkan kesatuan umat dan kebersamaan.
Salah satu hikmah ibadah puasa merupakan sarana yang diciptakan Allah
SWT agar umat Islam bersatu.
Betapa tidak, sebelum Ramadhan datang,
salah satu kebiasaan yang lazim dilakukan dan sangat dianjurkan adalah
bermaaf-maaf. Dengan bermaaf-maaf, seluruh persoalan yang ada serta
komunikasi yang selama ini tersendat menjadi terjalin kembali.
Bermaaf–maafan juga mengokohkan ikatan
hati di antara sesama kaum muslimin. Benih-benih perpecahan dan
perbedaan pendapat menjadi pupus setelah semuanya saling
memaafkan. Ikatan persaudaraan menjadi tumbuh kian kuat.
Hal itu juga merupakan upaya
membersihkan hati atas segala penyakit, sehingga saat memasuki
Ramadhan kita berada dalam kondisi yang suci.
Kemudian, ibadah puasa yang dijalani
merupakan upaya menumbuhkan kepedulian terhadap sesama. Kepedulian
bahwa kita harus berbagi dan merasakan kondisi yang dialami saudara
kita yang mengalami keterbatasan hidup. Semangat kebersamaan menjadi
menguat, karena puasa menumbuhkan empati dan semangat berbagi.
Selanjutnya, dalam bulan Ramadhan kita
sangat dianjurkan untuk melaksanakan ibadah shalat berjamaah.
Jangankan ibadah wajib, yang sunat seperti Shalat Tarawih dan Witir
juga dikerjakan berjamaah.
Hal itu akan mengkapitalisasi semangat
kebersamaan yang sebelumnya telah ada melalui momen tersebut.
Seluruh persoalan yang ada dapat dituntaskan secara bersama-sama,
ketika semua pihak mengedepankan pentingnya semangat kesatuan.
Tak hanya itu, di akhir Ramadhan salah satu ibadah yang wajib ditunaikan
agar puasa sempurna adalah kewajiban membayar zakat. Hal itu juga
mengajarkan kepada kita tentang kepedulian sosial dan menguatkan rasa
saling berbagi kepada yang lebih membutuhkan.
Semua itu diperkuat oleh pelaksanaan
Shalat Idul Fitri yang dianjurkan untuk dilaksanakan di tanah lapang.
Ini merupakan sarana untuk menyempurnakan semangat kebersamaan yang
telah dipupuk saat Ramadhan. Semua kalangan ikut serta menuju tanah
lapang untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri. Dewasa, anak-anak, remaja
bahkan wanita yang sedang berhalangan juga dianjurkan hadir
mendengarkan ceramah.
Dari semua paparan di atas, kita melihat
bagaimana Allah mendesain Ramadhan sebagai upaya sistematis untuk
memperkuat kesatuan umat dan kebersamaan di kalangan kaum muslimin.
Tidak diragukan lagi, jika umat memiliki kesatuan yang baik dan kokoh
akan memperoleh banyak kemanfaatan.
Bukan hanya Islam yang menekankan
pentingnya persatuan tersebut, dalam sila ketiga Pancasila pun
mengedepankan hal itu. Demikian juga adat istiadat Minangkabau
mengutamakan kebersamaan.
Bibit perpecahan yang selama ini kita
harapkan sirna seiring berlalunya Ramadhan, dan selepas itu
bersama-sama memulai kehidupan baru sebagai manusia yang menemukan
fitrahnya. Segala persoalan di masyarakat pun akan dapat diselesaikan
dengan tuntas melalui semangat kebersamaan yang telah terjalin. (*)
Padang Ekspres 13 Agustus 2012
Foto/Gambar: Padang Ekspres
0 komentar:
Posting Komentar