Padang
– Gubernur Sumatera Barat mengajak Alim Ulama mensosialisasikan gerakan
pengurangan konsumsi beras di antaranya dengan berpuasa Senin-Kamis dan
diversifikasi pangan. Cara ini juga memberikan efek ekonomis, sosial,
fisik dan kesehatan.
Saat ini beras masih terjangkau
memenuhi pangan masyarakat, belum menggangu kehidupan kita. Pemerintah
daerah maupun pusat tetap memungkinkan untuk mengusahakan bagaimana
harga beras itu normal. Stok beras di Bulog cukup dan tidak ada kita
impor.
Hargapun masih normal, kalau
beras naik kita adakan pasar murah. Ini disampaikan Gubernur Sumatera
Barat Irwan Prayitno ketika Sosialisasi Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) dengan Alim Ulama di Pangeran Beach Padang, Kamis
Siang (13/9).
Acara yang diprakarsai oleh
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat, di hadiri Kepala Kantor
yang mengelola Ketahanan Pangan seSumatera Barat serta alim ulama.
Lebih lanjut disampaikan Irwan
Prayitno, disamping memenuhi kebutuhan pangan kita juga memproduksi
beras secara besar-besaran. Memberikan bantuan sosial kepada petani dan
mencetak sawah baru.
Sementara secara nasional
produksi beras dari tahun-ketahun menurun sedangkan konsumsi meningkat
ini tidak sebanding dengan pertambahan jumlah penduduk yang selalu
meningkat, namun pengalihan fungsi lahan sawah produktif juga meningkat
pula.
Atas dasar itu pula Gubernur
minta kalangan agamawan mensosialisasikan gerakan pengurangan konsumsi
beras. Yang nantinya para ulama dapat memberikan ceramah atau tausiahnya
kepada masyarakat dapat dilakukan di setiap kesempatan.
Ikut memberikan sambutan Kepala
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat Ir.Efendi. Tujuan
sosialisasi ini untuk mewujudkan diversifikasi pagan dengan sasaran
peningkatan konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman serta
halal berbasis sumberdaya lokal serta berkurangnya konsumsi beras 2,5
persen setiap tahunnya.
Diakuinya memang tidak mudah
kebiasaan masyarakat mengkonsumsi beras dengan komoditi lain, namun
mengurangi kuantitas atau volumenya masih mungkin kita lakukan,
mengingat konsumsi beras kita pada saat ini nomor 5 terbesar di
Indonesia (109,9 kilogram perkapita/tahun ) atau 301 gram/kapita/hari,
angka ini hampir sama dengan konsumsi rakyat Jepang.
Gonjang ganjing beras akan
selalu menjadi lingkaran setan yang tak pernah ada ujungnya, beras
selalu memicu inflasi dan menggerus daya beli masyarakat sehingga
kehidupannya semakin terhimpit dan tentunya berimbas pada petani itu
sendiri.
Dengan begitu strategisnya
komoditi beras ini bagi bangsa kita, mau tidak mau pemerintah
mencurahkan perhatiannya agar beras tidak terlalu menyendera kehidupan
bangsa. Langkah utama yang perlu kita lakukan adalah
diversifikasi/penganekaragaman konsumsi pangan.
Dikatakannya, dengan menurunkan
angka konsumsi beras menjadi 100kg/kapita/tahun maka beras akan kita
hemat tidak kurang dari 48.434 ton beras/tahun. Ungkapnya. [humasprov]
0 komentar:
Posting Komentar