Oleh: Ahmad Kusyairi Suhail
"Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan" (QS Al Ahzab [33]: 57).
Dunia geger dengan film "The Innocence of Muslims" yang menghina Nabi Muhammad SAW, yang sengaja memanfaatkan momen tragedi WTC. Film besutan seseorang dengan nama samaran Sam Bacile yang menghabiskan dana lima juta dolar Amerika atau Rp 47,8 miliar, sumbangan 100 orang Yahudi Amerika ini, menggambarkan Rasulullah SAW sebagai pemarah, pembenci, gila wanita dan pedofilia. Protes keras pun datang dari jutaan umat Islam di banyak negara. Mereka mengutuk provokasi dan pelecehan Nabi SAW dalam film. Bahkan, reaksi keras di Libya sampai menewaskan duta besar AS dan dua orang stafnya.
Ayat di atas, menjelaskan tentang ancaman dan hukuman bagi orang-orang yang menghina Nabi Muhammad SAW.
Sababu'n Nuzul (Sebab Turun)nya Ayat
Imam Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang menghina Nabi SAW ketika menikah dengan Shafiyyah binti Huyay bin Akhthab RA. Sementara Adh Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, bahwa ayat ini turun berkaitan dengan Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya yang menghina siti Aisyah RA. Maka, Nabi SAW langsung menyampaikan khutbah seraya bersabda. "Siapa yang memaklumiku dari seseorang yang menyakitiku dan.
menghimpun di rumahnya orang-orang yang menghinaku", lalu turunlah ayat tersebut (At Tafsir Al Munir XXII/95).
Meskipun begitu, menurut Imam Ibnu Katsir, yang tampak bahwasanya ayat ini berlaku umum untuk semua orang yang meyakiti Rasulullah SAW dengan cara apa pun. Dan barangsapa yang meyakiti Nabi SAW, maka benar-benar ia telah meyakiti Allah. Sebagaimana siapa yang mentaati Nabi SAW, maka sesungguhnya ia telah mentaati Allah SWT (Tafsir Ibnu Katsir IV/249).
Celaan dan Hinaan bagi Da'i Merupakan Sunnatullah dalam Dakwah
Termasuk sunnatullah dalam dakwah, bahwa para pembawa risalah dakwah pasti akan menghadapi berbagai macam tantangan, rintangan dan ujian. Semua itu bagi juru dakwah akan merupakan tazkiyah (penyucian) jiwa dari kotoran-kotoran jahiliyah, pembersihan (tath-hir) hati dan ujian bagi kejujuran orientasi. Sebab, dengan adanya beragam bentuk ujian, maka akan terseleksi siapa yang jujur dan siapa yang bohong. Juga,
dengan mudah terfilter siapa yang hanya menghrapkan dunia dan siapa yang mengharapkan akhirat. Bahkan, ujian itu sendiri sesungguhnya merupakan konsekwensi dari iman.
Allah SWT telah menjelaskan hal ini dalam firman-Nya, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta" (QS Al 'Ankabut [29]: 2-3).
Dan orang yang paling sering dan banyak mendapatkan celaan dan hinaan adalah Nabi Muhammad SAW.
Dahulu, orang-orang kafir Quraisy menggunakan beragam cara dalam melakukan pelecehan terhadap Nabi SAW, seperti dengan menyakiti fisik beliau, mengganggu dan mengalihkan perhatian masyarakat dari mendengar dakwah dan ayat yang disampaikan Nabi, menghina ayat-ayat Al Qur'an yang merupakan mukjizatnya yang agung, memboikot dan berusaha membunuh beliau.
Termasuk pelecehan terhadap Rasulullah SAW adalah dengan melontarkan tuduhan-tuduhan keji dan batil terhadap beliau. Seperti menuduh Nabi sebagai penyair (QS Al Anbiyaa' [21]: 5), dukun (QS Al Haaqqah [69]: 42), tukang sihir, pembohong (QS Shaad [38]: 4), orang gila (QS Ash Shaaffaat [37]: 36) dan lain-lain.
Ancaman bagi Penghina Nabi Muhammad SAW
Ayat di atas menerangkan ancaman dan hukuman bagi orang-orang yang menyakiti Nabi SAW dengan menghina, mecela dan melecehkan manusia terbaik di jagat raya ini, yaitu:
Pertama: Dilaknat oleh Allah SWT di dunia dan akhirat. Yakni dijauhkan dari rahmat Allah di dunia dan akhirat. Hal ini berarti jauh keberkahan, kemakmuran, kesejahteraan hidup, pertolongan Allah dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kedua: Disiapkan baginya siksa yang menghinakan di neraka Jahannam.
Ketika menafsirkan ayat berikut, "Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu. Karena
sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti" (QS At Taubah [9]: 12), Imam Al Qurthubi mengatakan, "Sebagian ulama menggunakan ayat ini sebagai dalil atas wajibnya dibunuh setiap orang yang mencerca agama Islam karena dia telah kafir ...
Imam Ibnu'l Al-Mundzir berkata, “Umumnya para ulama telah sepakat (ijma'), bahwa orang yang mencela dan menghina Nabi SAW harus dibunuh. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah imam Malik, Laits, Ahmad, dan Ishaq, dan ini adalah madzhab Syafi'i”. Sementara menurut An Nu'man, tidak dibunuh .. Dan jika kami mengatakan : tidak dibunuh, maka wajib dihukum seberat-beratnya, seperti dengan dijebloskan ke penjara dan dihinakan dengan seberart-beratnya (Al-Jami’ li Ahkami'l Qur’an (Tafsir Al Qurthubi), Al Qurthubi, VIII/ 53). Berarti, kesepakatan para ulama dalam hal ini belum bulat.
Namun, sejarah kehidupan Rasulullah SAW dicatat dengan tinta emas, meskipun begitu kasarnya pelecehan yang beliau terima dalam berdakwah, di luar medan perang, beliau tidak membalasnya dengan kekerasan,
melainkan meresponnya dengan sabar. Seperti ketika beliau SAW ke Thaif dan mendapatkan perlakuan kasar dan pelecehan dari masyarakat di sana, lalu Allah mengirim malaikat Jibril AS yang menawarkan bantuan dengan mengatakan, "Wahai Muhammad! Jika engkau mau aku akan hempaskan gunung
Akhsyabain (dua gunung di Mekkah; gunung Abu Qubais dan satu lagi di depannya) kepada mereka". Nabi SAW menolaknya, dengan mengatakan, "Aku justru berharap, semoga Allah mengeluarkan dari keturunan mereka, orang-orang yang menyembah-Nya semata, dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun" (As Sirah An Nabawiyah fi Dhaui Al Mashaadir Al Ashliyah, Dr Mahdi Rizqullah, hal. 228, Markaz Al Malik Faishal, Riyadh, Cet. I, 1412 H/ 1992 M).
Sesungguhnya mencintai dan memuliakan Nabi Muhammad SAW merupakan bagian tuntutan iman. Dan puncak dari keimanan seseorang adalah manakala lebih mencintai Rasulullah SAW daripada cintanya kepada kedua orang tuanya, anak, istri, saudara dan manusia siapapun juga. Seperti telah ditegaskan oleh Nabi SAW dalam sabdanya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ،
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ
وَوَلَده.
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah Yang nyawaku berada di tangan-Nya. Salah seorang di antara kalian tidak beriman sehingga aku lebih ia cintai daripada bapaknya dan
anaknya sendiri.” (HR. Bukhari no. 14).
Dan salah satu bukti cinta kita kepada Nabi SAW adalah membelanya
ketika dihujat, dicela dan dihina. Namun, semua itu harus dilakukan
secara proporsional dan tidak berlebihan. Tindakan reaktif yang
berlebihan dan melampaui batas dikhawatirkan malah bisa
kontraproduktif dan dapat dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk menyudutkan Islam dan umat Islam.
Dan harus selalu kita ingat, dari Amerika Serikat muncul film yang menghujat Nabi Muhammad SAW, namun dari bumi Amerika Serikat pula muncul kekaguman terhadap Nabi Muhammad SAW. Bahkan, beliau SAW
dinobatkan sebagai orang nomor satu daftar manusia yang paling berpengaruh (di antara milyaran penduduk dunia) dalam panggung sejarah dunia. Hal ini dinyatakan oleh Michael H. Hart, seorang ahli astronomi
dan ahli sejarah terkenal di Amerika Serikat dalam bukunya "The 100". Ratusan orang Amerika masuk Islam pasca peristiwa 11/9 yang menghebohkan beberapa tahun yang lalu. Juga tidak sedikit tentara Amerika yang mengucapkan dua kalimat syahadat saat bertugas dalam perang Teluk. Semoga film tersebut membuka hati mereka untuk mengenal dan menerima kebenaran Risalah Ilahiyah yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Mari kita do'akan mereka seperti Nabi SAW mendo'akan penduduk Thaif yang memusuhi dan melecehkannya "Allahumma'hdihim Fainnahum Laa Ya'lamun", Ya Allah berikan hidayah kepada mereka, sesungguhnya mereka orang-orang yang tidak faham/mengetahui.
Semoga kejadian ini juga semakin memotivasi kita sebagai umat Muhammad SAW untuk semakin mencintai Nabi dan menjadikan cinta ini betul-betul bersemi di hati dan membumi, terbukti dalam kehidupan sehari-hari
sehingga kita pun mendapatkan curahan berkah dan ridho Ilahi.
Allahumma Amin ...
"Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan" (QS Al Ahzab [33]: 57).
Dunia geger dengan film "The Innocence of Muslims" yang menghina Nabi Muhammad SAW, yang sengaja memanfaatkan momen tragedi WTC. Film besutan seseorang dengan nama samaran Sam Bacile yang menghabiskan dana lima juta dolar Amerika atau Rp 47,8 miliar, sumbangan 100 orang Yahudi Amerika ini, menggambarkan Rasulullah SAW sebagai pemarah, pembenci, gila wanita dan pedofilia. Protes keras pun datang dari jutaan umat Islam di banyak negara. Mereka mengutuk provokasi dan pelecehan Nabi SAW dalam film. Bahkan, reaksi keras di Libya sampai menewaskan duta besar AS dan dua orang stafnya.
Ayat di atas, menjelaskan tentang ancaman dan hukuman bagi orang-orang yang menghina Nabi Muhammad SAW.
Sababu'n Nuzul (Sebab Turun)nya Ayat
Imam Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang menghina Nabi SAW ketika menikah dengan Shafiyyah binti Huyay bin Akhthab RA. Sementara Adh Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, bahwa ayat ini turun berkaitan dengan Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya yang menghina siti Aisyah RA. Maka, Nabi SAW langsung menyampaikan khutbah seraya bersabda. "Siapa yang memaklumiku dari seseorang yang menyakitiku dan.
menghimpun di rumahnya orang-orang yang menghinaku", lalu turunlah ayat tersebut (At Tafsir Al Munir XXII/95).
Meskipun begitu, menurut Imam Ibnu Katsir, yang tampak bahwasanya ayat ini berlaku umum untuk semua orang yang meyakiti Rasulullah SAW dengan cara apa pun. Dan barangsapa yang meyakiti Nabi SAW, maka benar-benar ia telah meyakiti Allah. Sebagaimana siapa yang mentaati Nabi SAW, maka sesungguhnya ia telah mentaati Allah SWT (Tafsir Ibnu Katsir IV/249).
Celaan dan Hinaan bagi Da'i Merupakan Sunnatullah dalam Dakwah
Termasuk sunnatullah dalam dakwah, bahwa para pembawa risalah dakwah pasti akan menghadapi berbagai macam tantangan, rintangan dan ujian. Semua itu bagi juru dakwah akan merupakan tazkiyah (penyucian) jiwa dari kotoran-kotoran jahiliyah, pembersihan (tath-hir) hati dan ujian bagi kejujuran orientasi. Sebab, dengan adanya beragam bentuk ujian, maka akan terseleksi siapa yang jujur dan siapa yang bohong. Juga,
dengan mudah terfilter siapa yang hanya menghrapkan dunia dan siapa yang mengharapkan akhirat. Bahkan, ujian itu sendiri sesungguhnya merupakan konsekwensi dari iman.
Allah SWT telah menjelaskan hal ini dalam firman-Nya, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta" (QS Al 'Ankabut [29]: 2-3).
Dan orang yang paling sering dan banyak mendapatkan celaan dan hinaan adalah Nabi Muhammad SAW.
Dahulu, orang-orang kafir Quraisy menggunakan beragam cara dalam melakukan pelecehan terhadap Nabi SAW, seperti dengan menyakiti fisik beliau, mengganggu dan mengalihkan perhatian masyarakat dari mendengar dakwah dan ayat yang disampaikan Nabi, menghina ayat-ayat Al Qur'an yang merupakan mukjizatnya yang agung, memboikot dan berusaha membunuh beliau.
Termasuk pelecehan terhadap Rasulullah SAW adalah dengan melontarkan tuduhan-tuduhan keji dan batil terhadap beliau. Seperti menuduh Nabi sebagai penyair (QS Al Anbiyaa' [21]: 5), dukun (QS Al Haaqqah [69]: 42), tukang sihir, pembohong (QS Shaad [38]: 4), orang gila (QS Ash Shaaffaat [37]: 36) dan lain-lain.
Ancaman bagi Penghina Nabi Muhammad SAW
Ayat di atas menerangkan ancaman dan hukuman bagi orang-orang yang menyakiti Nabi SAW dengan menghina, mecela dan melecehkan manusia terbaik di jagat raya ini, yaitu:
Pertama: Dilaknat oleh Allah SWT di dunia dan akhirat. Yakni dijauhkan dari rahmat Allah di dunia dan akhirat. Hal ini berarti jauh keberkahan, kemakmuran, kesejahteraan hidup, pertolongan Allah dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kedua: Disiapkan baginya siksa yang menghinakan di neraka Jahannam.
Ketika menafsirkan ayat berikut, "Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu. Karena
sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti" (QS At Taubah [9]: 12), Imam Al Qurthubi mengatakan, "Sebagian ulama menggunakan ayat ini sebagai dalil atas wajibnya dibunuh setiap orang yang mencerca agama Islam karena dia telah kafir ...
Imam Ibnu'l Al-Mundzir berkata, “Umumnya para ulama telah sepakat (ijma'), bahwa orang yang mencela dan menghina Nabi SAW harus dibunuh. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah imam Malik, Laits, Ahmad, dan Ishaq, dan ini adalah madzhab Syafi'i”. Sementara menurut An Nu'man, tidak dibunuh .. Dan jika kami mengatakan : tidak dibunuh, maka wajib dihukum seberat-beratnya, seperti dengan dijebloskan ke penjara dan dihinakan dengan seberart-beratnya (Al-Jami’ li Ahkami'l Qur’an (Tafsir Al Qurthubi), Al Qurthubi, VIII/ 53). Berarti, kesepakatan para ulama dalam hal ini belum bulat.
Namun, sejarah kehidupan Rasulullah SAW dicatat dengan tinta emas, meskipun begitu kasarnya pelecehan yang beliau terima dalam berdakwah, di luar medan perang, beliau tidak membalasnya dengan kekerasan,
melainkan meresponnya dengan sabar. Seperti ketika beliau SAW ke Thaif dan mendapatkan perlakuan kasar dan pelecehan dari masyarakat di sana, lalu Allah mengirim malaikat Jibril AS yang menawarkan bantuan dengan mengatakan, "Wahai Muhammad! Jika engkau mau aku akan hempaskan gunung
Akhsyabain (dua gunung di Mekkah; gunung Abu Qubais dan satu lagi di depannya) kepada mereka". Nabi SAW menolaknya, dengan mengatakan, "Aku justru berharap, semoga Allah mengeluarkan dari keturunan mereka, orang-orang yang menyembah-Nya semata, dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun" (As Sirah An Nabawiyah fi Dhaui Al Mashaadir Al Ashliyah, Dr Mahdi Rizqullah, hal. 228, Markaz Al Malik Faishal, Riyadh, Cet. I, 1412 H/ 1992 M).
Sesungguhnya mencintai dan memuliakan Nabi Muhammad SAW merupakan bagian tuntutan iman. Dan puncak dari keimanan seseorang adalah manakala lebih mencintai Rasulullah SAW daripada cintanya kepada kedua orang tuanya, anak, istri, saudara dan manusia siapapun juga. Seperti telah ditegaskan oleh Nabi SAW dalam sabdanya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ،
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ
وَوَلَده.
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah Yang nyawaku berada di tangan-Nya. Salah seorang di antara kalian tidak beriman sehingga aku lebih ia cintai daripada bapaknya dan
anaknya sendiri.” (HR. Bukhari no. 14).
Dan salah satu bukti cinta kita kepada Nabi SAW adalah membelanya
ketika dihujat, dicela dan dihina. Namun, semua itu harus dilakukan
secara proporsional dan tidak berlebihan. Tindakan reaktif yang
berlebihan dan melampaui batas dikhawatirkan malah bisa
kontraproduktif dan dapat dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk menyudutkan Islam dan umat Islam.
Dan harus selalu kita ingat, dari Amerika Serikat muncul film yang menghujat Nabi Muhammad SAW, namun dari bumi Amerika Serikat pula muncul kekaguman terhadap Nabi Muhammad SAW. Bahkan, beliau SAW
dinobatkan sebagai orang nomor satu daftar manusia yang paling berpengaruh (di antara milyaran penduduk dunia) dalam panggung sejarah dunia. Hal ini dinyatakan oleh Michael H. Hart, seorang ahli astronomi
dan ahli sejarah terkenal di Amerika Serikat dalam bukunya "The 100". Ratusan orang Amerika masuk Islam pasca peristiwa 11/9 yang menghebohkan beberapa tahun yang lalu. Juga tidak sedikit tentara Amerika yang mengucapkan dua kalimat syahadat saat bertugas dalam perang Teluk. Semoga film tersebut membuka hati mereka untuk mengenal dan menerima kebenaran Risalah Ilahiyah yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Mari kita do'akan mereka seperti Nabi SAW mendo'akan penduduk Thaif yang memusuhi dan melecehkannya "Allahumma'hdihim Fainnahum Laa Ya'lamun", Ya Allah berikan hidayah kepada mereka, sesungguhnya mereka orang-orang yang tidak faham/mengetahui.
Semoga kejadian ini juga semakin memotivasi kita sebagai umat Muhammad SAW untuk semakin mencintai Nabi dan menjadikan cinta ini betul-betul bersemi di hati dan membumi, terbukti dalam kehidupan sehari-hari
sehingga kita pun mendapatkan curahan berkah dan ridho Ilahi.
Allahumma Amin ...
0 komentar:
Posting Komentar