Oleh Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Kita tentu bisa merasakan atau membayangkan jika di suatu wilayah tiba-tiba listrik padam total. Banyak pekerjaan tak bisa dilakukan karena komputer tak menyala. Komunikasi terputus karena telepon/handphone tak berfungsi. Ibu-ibu mengeluh karena makanan rusak akibat lemari pendingin juga tak berfungsi. Air tak mengalir, lampu lalu lintas tak menyala , kendaraan bermotor pun bisa mogok berjalan karena pompa bensin juga tidak berfungsi tanpa listrik.
Panjang sekali daftar hal-hal penting yang tak berfungsi akibat listrik tak tersedia. Kehidupan di zaman modern seperti saat ini memang sangat tergantung pada listrik. Manusia butuh energi untuk menggerakkan kehidupannya di hampir semua lini.
Saat ini kita beruntung masih punya alternatif, jika pasokan listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) terhenti, masyarakat menggantinya dengan genset, pembangkit listrik mini, sekedar untuk memenuhi kebutuhan listrik keluarga untuk sementara. Maka, jika listrik PLN tak menyala, jumlah penjualan genset langsung meningkat tajam, diiringi dengan meningkatnya jumlah pemakaian bahan bakar minyak (BBM).
Tapi, pernahkan kita berfikir dan membayangkan jika suatu saat, listrik benar-benar padam total, tak ada genset yang bisa digunakan karena bahan bakar minyak tidak tersedia lagi? BBM merupakan sumber energi yang tidak terbarukan, suatu saat BBM akan musnah di muka bumi. Jika listrik tak menyala, bahan bakar tak tersedia, apa yang akan terjadi?
Syukurlah ada para ahli dan pemikir yang berkreasi menciptakan teknologi yang mampu menghasilkan listrik tanpa menggunakan BBM. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA), misalnya, telah lama ditemukan. Sumber energi ini telah lama populer dan terbukti ramah lingkungan, menghasilkan daya listrik yang cukup besar dan tanpa butuh BBM setetespun.
Namun keterbatasannya, tidak semua daerah memiliki sumber air yang bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Kebutuhan akan listrik terus bertambah dan bertambah, sehingga perlu dicari sumber pembangkit energi lain yang ramah lingkungan, tidak membutuhkan BBM dan bisa terbarukan.
Ternyata Allah memang Maha Benar dengan segala firmanNya. “Bumi dan langit beserta isinya diciptakan untuk orang yang berfikir.” Di perut bumi tersedia energi yang luar biasa besar potensinya berupa panas bumi (geo thermal). Di langit terpapar energi berupa cahaya matahari (solar power) dan energi angin yang sungguh tak terkira jumlahnya. Di permukaan bumi juga terdapat aneka ragam tumbuhan yang bisa menghasilkan bahan bakar (bio diesel) pengganti bahan bakar minyak (BBM). Sedangkan di laut tersedia potensi gelombang yang juga dimanfaatkan sebagai pembangkit energi (listrik). Manusia disuruh memikirkan bagaimana cara memanfaatkan energi yang masih tersimpan tersebut.
Semua sumber energi tersebut yang saat ini masih belum termanfaatkan secara optimal disebut sebagai sumber energi masa depan, sumber energi yang selaras dengan alam. Kita bersyukur karena Sumatera Barat memiliki semua potensi energi masa depan tersebut, malah bisa disebut lebih unggul. Indonesia tercatat memiliki potensi geothermal terbesar di dunia, sekitar 40 persen potensi itu berada di Sumatera Barat. Saat ini potensi geothermal Sumatera Barat itu sudah pada tahap ekplorasi dan akan menyala dan siap pakai berupa listrik tak lama lagi. Pekerjaaan pembangkit listrik geothermal sedang berlangsung di Muara Labuh Solok Selatan. Insya Allah akan menyusul di daerah lain yang juga memiliki potensi serupa.
Topografi wilayah Sumatera Barat yang sangat variatif, memiliki banyak bukit dan gunung, juga membuat daerah ini memiliki potensi air yang sangat besar untuk dijadikan pembangkit listrik. Sejumlah pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berkapasitas besar telah berhasil dibangun dan masih berpotensi untuk bisa dibangun lagi. Sedang potensi pembangkit listrik tenaga air mini (PLTAM/PLTMH) bisa ditemukan tersebar di berbagai daerah di Sumatera Barat, menunggu untuk dimanfaatkan. Energi surya, energi angin, gelombang laut juga tersedia berlimpah sepanjang hari dan sepanjang tahun di Sumatera Barat juga menunggu untuk segera dimanfaatkan.
Melihat kondisi yang berkembang saat ini, masyarakat Sumatera Barat tentu sepakat untuk menggunakan konsep pemanfaatan energi selaras alam. Memanfaatkan energi yang trsimpan di alam, tanpa merusak alam. Animo masyarakat Sumbar untuk menggunakan konsep ini telah terlihat dan dihargai oleh Menteri Pertambangan dan energi dengan memberikan penghargaan “Energi Prabawa”.
Meski belum sempurna, namun ini sebuah awal yang baik untuk langkah berikutnya. Jika semua berjalan lancar, dengan dukungan masyarakat dan semua pihak, tak lama lagi Sumatera Barat akan menjadi lumbung energi selaras alam. Jika saat ini Riau menjadi daerah kaya dan karena surplus energi berupa BBM, bukan tak mungkin suatu saat nanti roda itu berputar, Sumatera Barat justru yang menjual energi ke Riau, berupa energi selaras alam yang ramah lingkungan. Artinya, bukan tak mungkin, kesejahteraan itu pada gilirannya menjadi milik masyarakat Sumatera Barat. Amiin. ***
Padang Ekspres 19 Oktober 2012
Gubernur Sumbar
Kita tentu bisa merasakan atau membayangkan jika di suatu wilayah tiba-tiba listrik padam total. Banyak pekerjaan tak bisa dilakukan karena komputer tak menyala. Komunikasi terputus karena telepon/handphone tak berfungsi. Ibu-ibu mengeluh karena makanan rusak akibat lemari pendingin juga tak berfungsi. Air tak mengalir, lampu lalu lintas tak menyala , kendaraan bermotor pun bisa mogok berjalan karena pompa bensin juga tidak berfungsi tanpa listrik.
Panjang sekali daftar hal-hal penting yang tak berfungsi akibat listrik tak tersedia. Kehidupan di zaman modern seperti saat ini memang sangat tergantung pada listrik. Manusia butuh energi untuk menggerakkan kehidupannya di hampir semua lini.
Saat ini kita beruntung masih punya alternatif, jika pasokan listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) terhenti, masyarakat menggantinya dengan genset, pembangkit listrik mini, sekedar untuk memenuhi kebutuhan listrik keluarga untuk sementara. Maka, jika listrik PLN tak menyala, jumlah penjualan genset langsung meningkat tajam, diiringi dengan meningkatnya jumlah pemakaian bahan bakar minyak (BBM).
Tapi, pernahkan kita berfikir dan membayangkan jika suatu saat, listrik benar-benar padam total, tak ada genset yang bisa digunakan karena bahan bakar minyak tidak tersedia lagi? BBM merupakan sumber energi yang tidak terbarukan, suatu saat BBM akan musnah di muka bumi. Jika listrik tak menyala, bahan bakar tak tersedia, apa yang akan terjadi?
Syukurlah ada para ahli dan pemikir yang berkreasi menciptakan teknologi yang mampu menghasilkan listrik tanpa menggunakan BBM. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA), misalnya, telah lama ditemukan. Sumber energi ini telah lama populer dan terbukti ramah lingkungan, menghasilkan daya listrik yang cukup besar dan tanpa butuh BBM setetespun.
Namun keterbatasannya, tidak semua daerah memiliki sumber air yang bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Kebutuhan akan listrik terus bertambah dan bertambah, sehingga perlu dicari sumber pembangkit energi lain yang ramah lingkungan, tidak membutuhkan BBM dan bisa terbarukan.
Ternyata Allah memang Maha Benar dengan segala firmanNya. “Bumi dan langit beserta isinya diciptakan untuk orang yang berfikir.” Di perut bumi tersedia energi yang luar biasa besar potensinya berupa panas bumi (geo thermal). Di langit terpapar energi berupa cahaya matahari (solar power) dan energi angin yang sungguh tak terkira jumlahnya. Di permukaan bumi juga terdapat aneka ragam tumbuhan yang bisa menghasilkan bahan bakar (bio diesel) pengganti bahan bakar minyak (BBM). Sedangkan di laut tersedia potensi gelombang yang juga dimanfaatkan sebagai pembangkit energi (listrik). Manusia disuruh memikirkan bagaimana cara memanfaatkan energi yang masih tersimpan tersebut.
Semua sumber energi tersebut yang saat ini masih belum termanfaatkan secara optimal disebut sebagai sumber energi masa depan, sumber energi yang selaras dengan alam. Kita bersyukur karena Sumatera Barat memiliki semua potensi energi masa depan tersebut, malah bisa disebut lebih unggul. Indonesia tercatat memiliki potensi geothermal terbesar di dunia, sekitar 40 persen potensi itu berada di Sumatera Barat. Saat ini potensi geothermal Sumatera Barat itu sudah pada tahap ekplorasi dan akan menyala dan siap pakai berupa listrik tak lama lagi. Pekerjaaan pembangkit listrik geothermal sedang berlangsung di Muara Labuh Solok Selatan. Insya Allah akan menyusul di daerah lain yang juga memiliki potensi serupa.
Topografi wilayah Sumatera Barat yang sangat variatif, memiliki banyak bukit dan gunung, juga membuat daerah ini memiliki potensi air yang sangat besar untuk dijadikan pembangkit listrik. Sejumlah pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berkapasitas besar telah berhasil dibangun dan masih berpotensi untuk bisa dibangun lagi. Sedang potensi pembangkit listrik tenaga air mini (PLTAM/PLTMH) bisa ditemukan tersebar di berbagai daerah di Sumatera Barat, menunggu untuk dimanfaatkan. Energi surya, energi angin, gelombang laut juga tersedia berlimpah sepanjang hari dan sepanjang tahun di Sumatera Barat juga menunggu untuk segera dimanfaatkan.
Melihat kondisi yang berkembang saat ini, masyarakat Sumatera Barat tentu sepakat untuk menggunakan konsep pemanfaatan energi selaras alam. Memanfaatkan energi yang trsimpan di alam, tanpa merusak alam. Animo masyarakat Sumbar untuk menggunakan konsep ini telah terlihat dan dihargai oleh Menteri Pertambangan dan energi dengan memberikan penghargaan “Energi Prabawa”.
Meski belum sempurna, namun ini sebuah awal yang baik untuk langkah berikutnya. Jika semua berjalan lancar, dengan dukungan masyarakat dan semua pihak, tak lama lagi Sumatera Barat akan menjadi lumbung energi selaras alam. Jika saat ini Riau menjadi daerah kaya dan karena surplus energi berupa BBM, bukan tak mungkin suatu saat nanti roda itu berputar, Sumatera Barat justru yang menjual energi ke Riau, berupa energi selaras alam yang ramah lingkungan. Artinya, bukan tak mungkin, kesejahteraan itu pada gilirannya menjadi milik masyarakat Sumatera Barat. Amiin. ***
Padang Ekspres 19 Oktober 2012
0 komentar:
Posting Komentar