Padang — Wakil Wali
Kota Padang Mahyeldi Ansharullah secara resmi menyatakan diri maju dalam
bursa Pilkada Padang dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Untuk itu,
Mahyeldi pun meminta dukungan pada segenap masyarakat Padang.
”Keputusan DPD PKS Padang dan persetujuan
DPW PKS Sumbar telah menetapkan saya sebagai calon wali kota (cawako).
Saya lihat langsung keputusan itu. Saya menyatakan siap untuk memimpin
Padang,” kata Mahyeldi kepada wartawan, kemarin.
Salah satu alasan Mahyeldi untuk maju
menjadi Cawako Padang, karena ingin melanjutkan perjuangannya dalam
memimpin Padang. “Saya merasa kembali terpanggil menata Padang menjadi
lebih baik,” tutur Wawako Padang ini.
Siapa bakal menjadi pendampingnya? Mahyeldi belum bersedia membocorkannya.
“Siapa saja bisa menjadi pendamping saya,
apalagi ini terkait koalisi. Saya pikir semua partai bisa berkoalisi
dengan PKS. Dengan PAN juga tidak menutup kemungkinan karena kombinasi
yang berjalan sekarang cukup baik. Selama empat tahun masa
pemerintahan saya dan Wali Kota (Fauzi Bahar) semua bisa berjalan
dengan baik,” ujarnya.
Untuk menentukan itu, katanya,
mekanismenya ada pada DPW. “Saat ini saya fokus mengawal program
pembangunan Padang pada sisa masa periode dengan Wako Fauzi Bahar.
Saya tidak ingin rencana untuk maju jadi Wako Padang membuat rusak
hubungan pemerintahan dengan wali kota saat ini,” sebutnya.
Mahyeldi mengatakan Fauzi Bahar merupakan
salah seorang guru bagi dia. “Jadi tidak akan mengganggu kinerja di
sisa waktu kepemimpinan kita berdua,” ulasnya.
Mahyeldi membuka diri pada masyarakat
untuk menerima kritikan dan masukan. “Dukungan yang diinginkannya
tidak berupa dukungan setuju saja, tapi lebih ke kritikan dalam
bersikap dan mengambil kebijakan selama ini,” ucapnya.
Secara terpisah, pengamat politik UNP, Eka Vidya Putra menilai keikutsertaan calon incumbent (sedang berkuasa) dalam Pilkada Padang memiliki kans besar. Satu nilai tambah yang dimiliki incumbent, yakni mengetahui peta kekuatan politik.
Calon incumbent juga sudah punya frame
program yang akan diaplikasikan ke masyarakat jika terpilih sebagai
wali kota. “Itu tak bisa kita dipungkiri. Di sinilah nilai tambah dari
seorang incumbent,” jelas Eka.
Yang jadi pertanyaan, katanya, siapa yang akan mendampingi incumbent untuk maju nanti. Pasalnya, PKS hanya punya 6 kursi, sementara untuk bisa mencalon, partai harus punya minimal 7 kursi.
”Untuk koalisi, jelas butuh cost politik. Jumlahnya tergantung kesepakatan partai. Namun posisi yang dihadapi incumbent saat ini, tentunya cost politik yang akan dikeluarkan disesuaikan jumlah kursi yang dimiliki partai yang akan diajak koalisi,” ujarnya.
Bila partai yang akan diajak koalisi itu punya 2 hingga 4 kursi, jelas cost-nya
akan banyak karena saling membutuhkan. “Sebaliknya bila partai yang
punya 1 kursi seperti PDI Perjuangan, kansnya akan lebih besar untuk
diajak berkoalisi,” terang Eka.
Di bagian lain, pengamat politik Unand Asrinaldi menilai kehadiran calon incumbent akan membuat persaingan
di antara partai ini akan semakin tajam. Sebab, kemenangan pada
Pilkada 2013 ini langkah strategis partai politik untuk memudahkan
mesin politiknya bekerja untuk memenangkan pemilu legislatif tahun
2014. (ek/zil)
Padang Ekspres
0 komentar:
Posting Komentar