Terima kasih kepada pengunjung blog. Jumlah kunjungan telah melewati 23.000. Nikmati postingan baru setiap Sabtu-Ahad
Home » » Menteri Pertanian Kunjungi Redaksi Singgalang

Menteri Pertanian Kunjungi Redaksi Singgalang

Written By Unknown on Sabtu, 01 Juni 2013 | 06.42

Padang – Ibarat balapan, petani Indonesia kalah jauh dari petani Thailand. Luas lahan panen kita 14 juta hektare dengan penduduk 240 juta. Sementara Thailand lahan panen 9 juta hektare penduduknya seperempat dari Indonesia. “Hal itu yang menjadikan negara Gajah Putih itu bisa ekspor beras,” kata Menteri Pertanian, Suswono ketika berdiskusi dengan jajaran redaksi Singgalang, Kamis (30/5) malam.

Dia menyebut, perubahan fungsi lahan di Indonesia juga meningkat pesat, sehingga jumlahnya berkurang setiap tahun. Berkurangnya lahan pertanian tentu berpengaruh pada pengadaan pangan 240 juta masyarakat Indonesia. “Kecuali di Sumbar yang mencetak sawah baru,” kata Suswono.

Menurut menteri, petani kini dihadapkan pada kesulitan lahan. Problem yang menghambat petani, modal, sumber daya dan keberpihakan banyak orang pada konsumen juga pers. Tapi nilai tukar petani cenderung membaik mencapai 105 persen.

Selain itu, Indonesia memang memiliki lahan terlantar, tapi tak banyak yang bisa dimanfaatkan. Karena lahan terlantar itu ada pihak yang memiliki hak guna usahanya. “Memang dari sisi skala ekonomi tidak memadai. Tidak mungkin para petani akan jadi sejahtera atau kaya dengan 0,3 hektar,” ungkap Suswono.

Minimnya kepemilikan lahan pertanian, mau tidak mau yang harus dilakukan Indonesia adalah reformasi agraria. Sehingga bisa menambah luasan lahan pertanian untuk bisa memproduksi lebih banyak lagi produk pangan.
Dikatakan Suswono, hal yang ditakutkan dari perubahan fungsi lahan, persoalan ketahanan pangan jadi masalah di kemudian hari. Jika tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara pengimpor pangan dunia untuk selamanya.
“Selama lahan produktifnya tidak dipertahankan dengan baik, kita menunggu waktu saja. Pada akhirnya kita harus bergantung pada sumber bahan baku dari negara lain. Ini mengkhawatirkan,” katanya.

Namun menurutnya, walaupun pemerintah sudah mempunyai undang-undang perlindungan lahan pertanian, namun konversi lahan pertanian ke lahan industri atau perumahan tetap terjadi.
Impor daging
Dalam diskusi yang dipimpin Khairul Jasmi itu, impor daging hingga 2011 mencapai 26 persen dari total produksi. Hal yang menjadi kendala pemenuhan daging, mahalnya biaya logistik atau pengakutan.

Dia menyebutkan, lebih mahal biaya membawa sapi dari NTT ke Jakarta, bila dibandingkan dengan transportasi Darwin-Jakarta. “Kita tak punya kapal besar,” katanya, seraya menyebutkan, transportasi laut dari Australia mampu mengangkut 5.000 sapi sekali jalan. (006/404)

Singgalang
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar


 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011-2013. PKS Lubeg - All Rights Reserved - Email: pkslubeg@yahoo.com
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger