Terima kasih kepada pengunjung blog. Jumlah kunjungan telah melewati 23.000. Nikmati postingan baru setiap Sabtu-Ahad
Home » » Perubahan Iklim

Perubahan Iklim

Written By Unknown on Sabtu, 12 Oktober 2013 | 09.18

Kita tentu merasakan perubahan iklim yang terjadi belakangan ini. Suatu ketika suhu udara te­ra­sa menyengat dan panas se­­kali. Namun secara tiba-tiba berubah menjadi hujan le­bat dan angin ber­tiup ken­cang disertai ba­dai. Ren­tang waktu yang bia­sanya kita ke­nal sebagai mu­sim hujan, be­rubah men­­jadi panas dan ke­ring ke­rontang. Se­­ba­li­k­nya, ren­tang waktu yang bia­sanya mu­sim ke­marau be­rubah men­jadi mu­sim hu­jan ber­ke­pan­jangan dan ekstrem.

Secara tiba-tiba turun hujan lebat seperti dicurah­k­an dari langit dan terka­dang tak putus-putus dari pagi hingga pagi lagi. Aki­batnya terjadi banjir dan longsor di sejumlah tem­pat.

Juga tak ayal lagi wilayah Sumatera Barat yang banyak perbukitan mengalami longsor ter­ge­rus air. Daerah-daerah di dataran rendah, teru­ta­ma di pinggir pantai segera tergenang banjir.
­Termasuk, penyebab me­ning­­galnya anggota Mapala Unand akibat terseret arus su­ngai yang datang tiba-tiba.

Sebaliknya pada suatu ren­tang waktu yang tak terduga dan berbeda dari biasanya terjadi ke­marau ekstrem yang cukup pan­jang. Saat itu matahari ber­sinar sangat terik seperti marah, suhu udara panas luar biasa tanpa hujan setetes pun. Akibat lama tak turun hujan, banyak sawah-sa­­wah milik penduduk gagal pa­nen dan telantar karena keke­ri­ngan. Tak hanya itu, listrik pun eng­gan menyala karena minus air yang akan menggerakkan tur­bin PLTA. Padahal, PLTA me­ru­pakan andalan pem­bangkit te­naga listrik di Sumatera Barat.

Perubahan iklim (climate cha­nge) memang telah menjadi nyata dan telah diakui para ahli kli­matologi di belahan bumi ma­na pun. Kita sebagai mas­yarakat awam pun bisa merasakan dan bisa melihat sendiri buktinya. Pe­rubahan iklim telah menjadi per­hatian dunia, dan masalah glo­bal penduduk bumi, tak pe­duli di benua mana pun mere­ka bermukim dan dari bangsa dan ras mana pun mereka berasal.

Kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan di Indonesia misalnya, juga dirasakan dampaknya oleh negara tetang­ga Singapura, Malaysia, bahkan Thai­land. Pencemaran udara aki­bat pembakaran bahan bakar fosil (BBM) oleh pabrik-pabrik serta kendaraan bermotor juga te­lah merusak lapisan ozon di at­mosfir bumi yang akan meng­aki­batkan pemanasan suhu bu­mi secara global  yang dikenal de­ngan istilah global warming.

Penyebab pemanasan global uta­ma adalah terjadinya efek ru­mah kaca (green house effect) yang terjadi di lapisan atmosfir. Pa­da akhirnya kerusakan-keru­sa­kan dan perubahan inilah yang me­­nyebabkan terjadinya peru­bahan iklim (climate change).

Bulan lalu Duta Besar Swiss untuk Indonesia Heinz Walker-Ne­derkoorn beserta sejumlah pa­kar meteorologi dunia ber­kun­jung langsung ke stasiun Global Atmosphere Watch (GAW), stasiun pengamatan at­mosfir global Bukit Kototabang. Stasiun yang didirikan lembaga Or­ganinasi Meteorologi Dunia (World Meterology Organi­sa­tion) terletak Nagari Bukik Ko­totabang Kecamatan Palupuh Ka­bupaten Agam, sekitar 17 kilometer dari kota Bukittinggi.

Di kalangan pakar meteo­ro­logi dunia nama GAW Bukit Ko­totabang cukup terkenal. Di du­nia hanya ada dua stasiun GAW saja yang secara repre­sen­tatif terletak persis di garis khatu­listiwa, yaitu di Mount Kenya dan Bukit Kototabang. Namun Bukit Kotatabang lebih istimewa ka­rena terletak di daerah keting­gian berhawa sejuk dan bersih serta dikelilingi hutan tropis yang masih alami. Secara umum Sumatera Barat juga relatif dekat de­ngan Samudera Hindia, se­hing­ga menarik untuk kajian meteorologi. Meski sama-sama terletak di garis khatulistiwa, namun Mount Kenya terletak di kawasan gurun pasir.

Kembali ke topik perubahan iklim, para pakar dari sekitar 80 negara telah mendirikan sekitar 30 stasiun GAW di berbagai negara untuk mengamati dan menganalisa perubahan iklim, pemanasan global, pencemaran udara dan aspek-aspek lainnya. Dengan demikian antisipasi dan solusi dari persoalan tersebut bisa ditemukan secara akurat.

Secara praktis tugas kita un­tuk mengatasi perubahan iklim, pemanasan global, pence­maran alam sebenarnya sederhana saja. Per­tama adalah mencegah pen­ce­maran terhadap udara, air maupun tanah. Kedua hindari me­rusak ekosistem lingkungan se­perti menebang pohon, mem­bunuh hewan yang nantinya akan merusak keseimbangan ekosistem.

Seperti firman Allah dalam QS 7:56; “Dan janganlah kamu mem­buat ke­rusa­kan di mu­ka bumi, sesu­dah (Allah) mem­per­baikinya dan berdoalah ke­pada-Nya dengan rasa takut (ti­dak akan diterima) dan pe­nuh harapan (akan dika­bul­kan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Niscaya manusia yang mela­ku­kan kerusakan di muka bumi, akan mendapat ganjaran yang se­timpal dengan perbuatannya ter­­sebut. Lingkungan yang baik, asri dan seimbang akan mem­bawa kemaslahatan dan kenya­ma­nan bagi manusia di muka bumi. (*)

Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar

Padang Ekspres 9 Oktober 2013
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar


 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011-2013. PKS Lubeg - All Rights Reserved - Email: pkslubeg@yahoo.com
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger