Ketika sedang asyik thawaf, lewat
serombongan jamaah dari Malaysia. Iseng-iseng saya lihat buku doa yang
dibaca salah seorang jamaahnya. Tertulis di atasnya… 'Pusingan 1'. Hmmmm… perbedaan persepsi kosa kata yang tak
kunjung usai…
Akar masalah…
Selama ini, thawaf bersama si bungsu, Aisyah, sering berujung keributan
kecil. Masalahnya hitungan dia selalu lebih cepat satu putaran. Ketika thawaf
baru enam putaran dan tinggal satu putaran lagi, dia sudah menganggap telah
selesai tujuh putaran. Dalam thawaf kali ini, kami menemukan akar masalahnya.
Rupanya saat pertama kali memulai thawaf dari posisi sejajar dengan Hajar
Aswad, si bungsu ini sudah berkata, 'Satu' sambil menunjuk dengan jari telunjuknya.
Maka saya bilang, 'Jangan mulai hitung 'satu' dari sekarang, nanti kalau sudah
satu putaran, baru bilang 'satu…' dan akhirnya, 'keributan' di akhir thawaf
dapat diatasi. Penting juga memahami akar masalah dalam setiap persoalan.
Kolaborasi Pinggir Jalan..
Pemandangan yang sudah umum, sehabis shalat banyak pedagang kaki lima
yang menggelar dagangannya di sepanjang jalan yang dilewati jamaah shalat. Saya
juga sering melihat mereka berlarian jika ada petugas razia yang hendak
menggaruk mereka. Tapi kali ini ada yang unik. Kebetulan saya sedang berdiri di
pinggir jalan menunggu keluarga yang sedang belanja di sebuah toko, sambil
mengamati hiruk pikuk orang yang lalu lalang dan berjual beli. Tiba-tiba saja
para pedagang berlarian. Saya langsung menduga ada petugas razia. Sebagian
mereka tidak sempat lagi membawa barang jualannya, lalu ditinggal begitu saja.
Tapi ada satu pedagang perempuan yang cukup cerdik. Barang dagangannya berupa
pakaian dibagi-bagi ke ibu2 yang ada di situ, diapun pergi. Ketika petugas
sudah berlalu dan membawa barang jualan yang ditinggal, dia kembali lagi dan
meminta 'barang titipannya'. Ibu2 yg ada di sekitar itu juga tampak simpati
dengan penjual tadi dan dengan senang hati mengembalikan titipan tersebut….
Setiap orang biasanya memiliki cara tersendiri untuk mengatasi masalahnya…
Mutarjim ta'baaan…..
Saat berjalan pulang dari Masjid menuju hotel di Ajyad. setelah hotel
As-Sofwa, terdapat plang kios tukang cukur rambut. Bahasa Arab dan Inggrisnya
tertulis dengan benar. Giliran bahasa Indonesia, tertulis 'RUMBUT
GUNDING'…. Duh, siapa sih penerjemahnya…?
Yang pasti bukan penerjemah dari kantor jaliyat…. J
Relawan Dadakan
Menjelang
shalat Isya, ada jamaah umrah dari Indonesia yang menghampiri.
Masih berpakaian ihram dan wajah sudah mulai kusut. Rupanya dia terpisah
dari
rombongannya dan tidak tahu hotelnya. Kok bisa? Padahal biasanya
hotelnya dekat
Masjidilharam. Ceritanya, saat pertama kali tiba dihotel, pihak paniti
sudah
meminta jamaah agar buru-buru menyelesaikan umrahnya. Maka berangkatlah
saudara
kita ini bersama jamaahnya, tanpa membawa hp. Selesai sai, dia tidak
melihat
lagi rombongannya, dan ternyata arah hotelnya juga dia lupa. "Tadi siang
waktu saya masuk masjid di luar masih sepi, pas saya keluar sudah rame
begini, jadi
bingung saya….tadi pintu masuk saya cirinya yang ada tempat penitipan
sandal
dan tempat air zamzam…" Katanya memelas, saya cuma garuk-garuk kepala.
Saya
menghubungi berkali-kali No. Hp yang terdapat di kartu pengenalnya
semuanya
tidak dapat dihubungi. Nama hotelnya, saya tanyakan teman di Mekah juga
tidak dia kenal. Akhirnya saya ajak jalan dia mengitari Masjidilharam,
kali aja dia ingat. Ternyata tidak juga. Tak
lama kemudian iqamah utk shalat Isya…. Kamipun shalat. Di sela2 shalat
tak lupa
saya doakan agar dia segera dipertemukan dengan jamaahnya.
Sehabis shalat saya sudah ada janji dengan kakak utk berkunjung ke rumah
famili di Mekah. Sudah saya putuskan untuk saya bekali dia dengan hp anak saya,
agar mudah komunikasi. Tapi sebelumnya saya sempatkan menghubungi lagi nomor yg
terdapat di kartu pengenal….. Alhamdulillah, kali ini nyambung…. Tak lama
kemudian ada orang travel yang datang menjemput….. wajah saudara kita ini
langsung sumringah…. Kita juga jadi senang…. Dia ternyata pengurus masjid yang
diongkosi berangkat umrah oleh seseorang di lingkungannya. Umrah maqbulah insya
Allah… yang pasti, kenangan yang tak terlupakan….
Jin usil
Lagi asyik dengan azkar shobah ba'da shalat Fajar, tiba-tiba dari
mushalla wanita sebelah terdengar suara perempuan yang teriak-teriak.
Orang-orang langsung berkerumun, petugas keamanan berdatangan. Saya juga
langsung bangun, soalnya, itu tempat uminya sama anak2. Khawatir juga. Tak lama
kemudian, keluarga muncul dan mengabari bahwa ada jamaah dari Mesir yang
kerasukan jin. Hmm…. Usil banget sih nih om jin…, di tempat suci begini, bukannya
sibuk ibadah dan zikir, malah ganggu orang yang beribadah.
'Ana min Afghanistan….'
Saat sedang menunggu kendaraan bersama kakak, seseorang mendatangi.
'Indonesia?' sapanya. 'Na'am' jawab kami. 'Ana min Afghanistan…' katanya lagi.
Ketika itu saya sudah menduga-duga….. jangan-jangan…… Benar saja, tanpa
ditanya, dia langsung cerita bahwa ada lima saudaranya yang syahid berjihad di
Afghanistan, banyak sanak saudaranya yang harus ditanggung dan kini mereka
sangat membutuhkan sadaqah… . Saya langsung ajak kakak menyingkir dari tempat
tsb. Modus lama… sudah berkali-kali saya mengalami modus serupa … entah benar
atau tidak, yang jelas karena sering mengalami berulang-ulang, membuat saya
sulit percaya dengan sikap mereka.
Kesabaran di WC
Sehabis Maghrib, ingin buang air dan berwudhu lagi. Setibanya di sana
ada seseorang berwajah Arab yang keluar dengan muka kesal sambil memandangi
orang berparas Pakistan yang ada di hadapannya. Pertengkaran mulut tidak
terhindarkan. Rupanya, selama orang Arab itu berada di dalam WC, si Pakistan
ini sering mengetuk-ngetuk pintu, karena merasa orang Arab itu terlalu lama di
dalam. Orang Arab itu berdalih bahwa dia sakit perut, makanya lama…… ada
sekitar 5-10 menit mereka saling tengkar mulut….. tidak jelas ujungnya…
akhirnya dengan muka, masam si Mesir meninggalkan tempat….
Kalau jamaah di Masjidil Haram sedang ramai, sementara untuk satu WC ada
beberapa orang yang antri…. Ga ada cara lain kecuali bersabar. Kadang, walau
kita sudah di dalam WC, juga harus tetap sabar, karena terlambat keluar
sedikit, diluar sudah ada yang ketuk-ketuk. Jika tidak, emosi akan naik,
pertengkaran mulut tidak terhindari dan merusak suasana hati untuk
beribadah.
Ali Baba dapat sedekah…
Pemandangan umum juga di sepanjang jalan menuju Masjidil Haram, baik
sebelum atau sesudah shalat wajib, adanya anak-anak kecil peminta-minta yang
mengambil posisi berurutan dan mengharap kemurahan jamaah shalat. Uniknya, di
antara teriakan mereka yang cukup akrab adalah kata 'Aaali Babaaa'… tentu saja
diucapkan dengan nada yang sangat khas. Masalahnya, istilah Ali Baba oleh
masyarakat dataran India dan telah dikenal dalam pergaulan sehari-hari di Saudi
sebagai istilah untuk orang jahat, penipu dan semacamnya…. Pokoknya buruk
deh….. Entah apa yang mereka maksud ketika mengucapkan kata-kata tersebut…..
tak penting tampaknya,.. yang penting uang sedekah terus mengalir….
Topi pet tanda pengenal…
Banyak cara yang dilakukan oleh travel untuk memberikan ciri bagi
jamaahnya, agar gampang dikenali. Tapi untuk rombongan yang satu ini, saya
pikir kurang pas. Semua jamaah memakai topi pet berwarna mencolok, baik laki
maupun perempuan. Yang ga enak dilihatnya, yaa jamaah perempuan, malah sebagian
memakainya dengan cara membalik bagian depannya
ke belakang…. Ga harus segitunya kali….?
Abdullah Haidir
0 komentar:
Posting Komentar