Terima kasih kepada pengunjung blog. Jumlah kunjungan telah melewati 23.000. Nikmati postingan baru setiap Sabtu-Ahad
Home » » Kewaspadaan Bencana

Kewaspadaan Bencana

Written By Unknown on Selasa, 08 Mei 2012 | 10.22



Oleh Irwan Prayitno

Bahwa gempa dan tsunami ada serta bisa terjadi, kita semua sudah tahu, sudah melihat dan bahkan sebagian dari kita mungkin sudah merasakan.  Namun yang pasti, tak seorang pun yang tahu kapan, dimana dan berapa kekuatan gempa dan tsunami yang akan terjadi. Bahkan Jepang, negara berteknologi paling maju, paling berpengalaman, paling siaga terhadap gempa dan tsunami sekalipun, ternyata tak berdaya ketika bencana itu datang.
Jangan ditanya peralatan canggih apa yang tak dimiliki Jepang untuk memprediksi  gempa, mereka semua punya. Para pakar juga demikian, mereka punya ahli paling jago sedunia tentang gempa dan tsunami. Soal dana, apalagi, Jepang memiliki dana yang tidak terbatas untuk menyelamatkan daerah dan masyarakatnya dari bencana gempa dan tsunami.
Namun apa yang terjadi? Peristiwa gempa dan tsunami 11 Maret 2011 lalu meluluh lantakkan  satu provinsi di Jepang. Ribuan orang meninggal dunia, ribuan rumah dan bangunan hancur tak berbentuk, tak terhitung kerugian yang ditimbulkan. Ternyata teknologi yang canggih, para pakar yang mumpuni serta dana berlimpah yang disediakan untuk mengantisipasi gempa dan tsunami tak ada artinya dibandingkan kekuatan alam.
 Bagaimana dengan Indonesia atau Sumatera Barat, khususnya? Apakah kita punya teknologi secanggih Jepang, punya pakar yang sepiawai mereka dan punya dana sebanyak yang mereka punya? Tentu jawabnya belum. Kita belum punya teknologi secanggih yang mereka miliki, belum punya cukup pakar seperti mereka, apalagi punya cukup dana. Di Indonesia hanya pulau Kalimantan saja yang diduga tidak berpotensi terjadi gempa dan tsunami. Selebihnya dari Sabang sampai Merauke, berpeluang terjadi bencana yang sama. Cukupkah dana kita?
Jika semua hal di atas tidak kita miliki, harus dicari kekuatan lain, potensi lain yang kita miliki yang bisa diandalkan untuk mengatasi, minimal mengurangi resiko bencana. Prosedur evakuasi/penyelamatan harus dibenahi kembali.
Secara umum jalan evakuasi tersumbat karena masyarakat menggunakan jalan secara serabutan. Sejumlah masyarakat berusaha secepat mungkin ke satu arah untuk mencapai tempat yang tinggi. Sementara masyarakat lain menuju arah berlawanan untuk menjemput anak/istri mereka ke rumah atau sekolah.  Arus lalu lintas yang bertabrakan ini tentu saja menimbulkan kemacetan dan kepanikan yang dahsyat. Sebaikanya ketika terjadi gempa berpotensi tsunami, kita segera mencari tempat tinggi di sekitar kita berada, bisa gedung bertingkat, masjid bertingkat atau rumah bertingka
Seharusnya jika gempa terjadi suami tidak perlu memikirkan istri, karena istri sudah tahu tempat yang harus ia tuju jika terjadi gempa/tsunami. Begitu juga anak. Orang tua tak perlu kuatir keadaan anaknya karena anak didampingi guru mereka, sudah punya protap sendiri untuk menyelamatkan diri. Yang paling penting kita juga harus tahu jalur apa yang harus ditempuh untuk menyelamatkan diri agar tidak terjebak macet.
Prosedur  dan protap seperti ini dan metode-metode lainnya sudah lama disosialisasikan ke masyarakat. Mungkin belum banyak yang terlibat atau peduli. Hal ini perlu disosialisasi ulang lagi.
Fasilitas penyelamatan seperti shelter, jalan evakuasi, dan fasilitas lainnya pasca gempa, tentu perlu diadakan. Namun jika semua itu dibebankan kepada pemerintah saja atau dibebankan ke masyarakat saja, tentu tidaklah masuk akal. Kita harus bersama, bahu membahu melakukan antisipasi, baik sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana maupun pasca bencana.
Untuk itulah surat peringatan yang dikirimkan Mendagri ke daerah-daerah/provinsi rawan bencana. Surat tersebut diteruskan ke 7 walikota/bupati di Sumbar. Maksudnya supaya pemerintah setempat bersama masyarakat mengevalusi lagi hal apa saja yang perlu dibenahi dalam rangka mengantisipasi jika terjadi gempa dan tsunami. Atau fasilitas apa yang perlu diadakan untukmengantsipasi bencana. Semua kekurangan itu harus dibenahi, agar kita lebih siap ketika terjadi bencana. Bukan pula untuk menkut nakuti.
Satu hal lagi yang tidak dimiliki jepang adalah Allah. Seperti fiman Allah dalam Al Quran, tidak ada satupun peristiwa di bumi ini yang terjadi tanpa izin Allah. Jika akal kita belum mampu mencerna peristiwa yang terjadi, maka kita serahkan kepada Allah. Seperti yang tertulis dalam surat AlFatihah, jika tak ada lagi tempat untukmengadu dan minta tolong, maka mengadu dan minta tolonglah kepada Allah. Semoga semua ujian itu tidak memperlemah iman kita, tapi justru memperkuat.  Insya Allah.***

Haluan 8 Mei 2012
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar


 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011-2013. PKS Lubeg - All Rights Reserved - Email: pkslubeg@yahoo.com
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger