Terima kasih kepada pengunjung blog. Jumlah kunjungan telah melewati 23.000. Nikmati postingan baru setiap Sabtu-Ahad
Home » » Mesir Lebih Optimis dengan Mursi

Mesir Lebih Optimis dengan Mursi

Written By Unknown on Senin, 25 Juni 2012 | 21.12

Akhirnya perdebatan tentang siapa presiden Mesir paska Revolusi 25 Januari
terjawab sudah. Setelah mundur sekitar satu jam dari jadwal semula, Sutan
Faruk Ketua KPU Mesir akhirnya mengumumkan kemenangan Dr. Muhammad Mursi,
capres Ikhwan dalam Pilpres Mesir dengan meraih suara 13.230.131 suara atau
51,73 % , unggul sekitar 800ribu suara dari kandidat lainnya  Ahmad Syafiq.

Tidak ragu, pengumuman terpilihnya Dr. Mursi ini mencatat rangkaian sejarah
baru bagi Mesir. Dialah presiden Mesir pertama yang lahir dari fajar
revolusi setelah lepas dari cengkraman diktator Husni Mubarok. Mursi pula
yang tampil pertama kali menjadi presiden dari kalangan sipil setelah
kurang lebih rentang waktu 60 tahun lamanya di dominasi oleh militer.
Kemenangan Mursi juga menjadi demikian menyejarah, mengingat beliau adalah
wakil dari Jamaah Ikhwanul Muslimin yang sejak didirikan oleh Hasan AlBanna
tahun 1928 senantiasa di luar kekuasaan. Bahkan bukan hanya itu, dalam
kurun 30 tahun terakhir ini banyak para aktifisnya yang berdiam di balik
jeruji besi atas perintah dan kesewenang-wenangan pemerintahan diktator
Mesir. Mursi sendiri pernah mengalami hal tersebut, ia berulang kali masuk
penjara, baik di masa Presiden Anwar Saddat (1970-1981) maupun di era
Presiden Husni Mubarak (1981-2011) atas tuduhan melakukan gerakan bawah
tanah untuk menggulingkan pemerintah.  Semua ini menjadikan pengumuman KPU
Mesir ahad (24/6) benar-benar membelalakkan mata, bukan hanya bagi rakyat
mesir, namun juga warga dunia secara umum.

Siapa sebenarnya Muhammad Mursi. Ia bukanlah sosok yang digambarkan banyak
orang sebagai anti Amerika secara membabi buta. Beliau adalah seorang
doktor teknik material lulusan University of Southern California pada 1982,
bahkan pernah menjadi dosen atau profesor pembantu di universitas tersebut
selama tiga tahun setelah kelulusannya. Beliau mengawali karirnya di Mesir
di bidang akademis, hingga mengetuai jurusan teknik material di Universitas
Zakazik, Mesir sampai dengan tahun 2010, dan juga menjadi dan dosen teknik
di Cairo University. Kesibukannya di bidang akademis ternyata tidak
melunturkan kecintaannya pada Al-Quran, dan bahkan mampu menyelesaikan
hafalannya dengan baik dan lancar.  Dr. Thoriq Suwaidan dalam akun
twitternya juga menambahkan : Mursi adalah presiden pertama yang hafal
al-Quran secara menyeluruh. Dalam jamaah Ikhwanul Muslimin, Mursi masuk
mulai pada tahun 1977 dan terakhir tercatat sebagai anggota Maktab Irsyad
atau dewan pimpinan tertinggi di jajaran organisasi berpengaruh tersebut.

Pertanyaan yang saat ini menggelayuti banyak pihak di Mesir adalah,
bagaimana Mursi mampu menjalankan amanah keprisedenannya dengan baik di
tengah suasana ‘krisis konstutusi’ yang diciptakan oleh Dewan Tinggi Mesir
(SCAF) setelah mengeluarkan Dekrit Konstitusi yang disempurnakan sehari
sebelum pilpres berlangsung. Sementara Dekrit itu sendiri menegaskan
kembali kewenangan SCAF dalam pemerintahan, setelah sebelumnya dilakukan
pembatalan atas Majelis Parlemen yang telah terpilih dalam pemilu
legislatif sebelumnya.

Jika kita perhatikan dengan cermat, sesungguhnya ketegangan antara Militer
dan Ikhwan atau dalam hal ini ‘sedikit’ mereda terlihat dengan dua
perkembangan terakhir yang sangat signifikan menunjukkan niatan keduanya
untuk tidak face to face secara langsung. Pada satu sisi Dewan Tinggi
Militer terlihat ‘legowo’ dengan membiarkan KPU bekerja dengan baik dan
akhirnya mengesahkan sekitar 800ribu suara yang diperselisihkan kubu Ahmad
Syafiq, hingga menghantarkan kemenangan bagi Mursi.  Ini menunjukkan secara
langsung bahwa Dewan Militer ‘enggan’ untuk kembali berperang dengan rakyat
Mesir secara umum. Karena jika berkehendak, tentulah Dewan Tinggi Militer
mampu dengan mudah mengintervensi KPU untuk memenangkan Ahmad Syafiq.
Indikasi pencurian kemenangan Mursi via KPU pun sudah terendus beberapa
hari yang lalu, dan alhamdulillah hal ini tidak terjadi. Sementara pada
sisi yang lain, Ikhwanul Muslimin juga terlihat ‘menerima’ keputusan
Majelis Tinggi yang berkaitan tentang pembatalan Majelis Parlemen, dan
upaya pembentukan dewan konstitusi yang akan menyusun undang-undang. Kedua
hal ini mengindikasikan kedua belah pihak tidak berniat untuk
berhadap-hadapan dengan lebih keras, yang pada akhirnya akan menimbulkan
konflik dan korban.

Namun permasalahan tidak lantas selesai dengan indikasi-indikasi di atas.
Ketegangan berikutnya akan berputar di wilayah siapa yang paling berhak dan
berkuasa atas pemerintahan Mesir. Untuk mengecilkan peran Mursi, SCAF akan
memainkan Dekrit Konsitutusi yang disempurnakan, serta mencoba
mempermasalahkan legalitas pilpres itu sendiri. Pada sisi yang lain, Mursi
sebagai Presiden terpilih juga akan menaikkan bargainingnya dan juga
mengorek legalitas SCAF yang nota bene perpanjangan tangan Mubarok yang
hanya bertugas mengawal masa transisi saja. Isu kemenangan Revolusi total
akan cukup strategis untuk memojokkan posisi SCAF pada sisi tertentu.

Pekerjaan rumah yang dimiliki Mursi saat ini tentu saja adalah merangkul
seluruh elemen pro Revolusi untuk menguatkan langkah khususnya dalam
menghadapi ketegangan-ketegangan berikutnya berhadapan dengan SCAF.
Perolehan Ahmad Syafiq yang hanya terpaut sekitar 3% dari Mursi menunjukkan
beberapa indikasi. Dari angka tersebut mereka yang mendukung Ahmad Syafiq
bukan saja yang pro rezim sebelumnya, dalam arti mereka masyarakat mapan
yang melihat Mesir masa Mubarok lebih tenang dan stabil dari pada setelah
Revolusi, namun juga diperkirakan mereka adalah masa mengambang sekuler
yang phobi dengan naiknya suara ikhwan yang secara fastastis khususnya pada
pemilihan pemilu legislatif sebelumnya. Karenanya upaya untuk merangkul
masyarakat Mesir dengan segenap elemennya adalah langkah mendesak yang
harus segera dilakukan. Dan nampaknya Mursi telah bergerak cepat dalam hal
ini, pada Sabtu 23 Juni atau sehari sebelum pengumuman FJP dan Mursi
mengumpulkan seluruh kekuatan politik -utamanya sekuler- yang tercerai
berai untuk sebuah rekonsiliasi dan menggalang kekuatan melawan hegemoni
militer. Tentu ini adalah sebuah langkah luar biasa, yang bahkan mendapat
apresiasi dari dunia internasional dengan publikasi di media massa utama di
dunia. Hal berikutnya yang menunjukkan kesiapan Mursi untuk merangkul
seluruh elemen dan masyarakat Mesir justru datang dari Ikhwan Muslimin.
Kurang dari satu jam setelah pengumuman KPU, Ikhwan secara resmi kemudian
memberhentikan Mursi dari keanggotaannya di jamaah, dan begitu pula dari
FJP. Sebuah sikap yang tepat lagi terhormat untuk mendekatkan masyarakat
Mesir khususnya golongan sekuler pada Presiden Mursi dan langkah-langkahnya.

Satu lagi pertanyaan yang tersisa : Benarkah sikap tulus Amerika yang
hari-hari ini kerap terlihat menekan SCAF untuk segera menyerahkan
kekuasaan pada presiden sipil terpilih akhir Juni sesuai janjinya ?. Jika
benar dan tulus, maka inilah babak baru hubungan dan dialog antara Amerika
dan Ikhwanul Muslimin yang barang kali belum terbayangkan dalam benak
sebelumnya. Jika kemenangan Mursi ini mengantarkan pada kegemilangan Mesir
pada satu sisi, lalu menyebarkan aura dan semangat musim semi di negara
muslim lainnya,  serta pada saat yang sama membuka keran dialog yang lebih
terhormat antara Ikhwan dan Barat -atau dalam hal ini Amerika-, maka
rasa-rasanya penderitaan dan penindasan yang dirasakan oleh aktifis Ikhwan
selama puluhan tahun ini  insya Allah akan terbayar lunas ! Wallahu a’lam
bisshowab.

Hatta Syamsuddin
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar


 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011-2013. PKS Lubeg - All Rights Reserved - Email: pkslubeg@yahoo.com
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger