Terima kasih kepada pengunjung blog. Jumlah kunjungan telah melewati 23.000. Nikmati postingan baru setiap Sabtu-Ahad
Home » » Hore! Ditemukan Pengganti Formalin: Uap Asap Kelapa

Hore! Ditemukan Pengganti Formalin: Uap Asap Kelapa

Written By Unknown on Rabu, 25 Juli 2012 | 12.10

DIAKUI DI LUAR NEGERI 
Sudah sejak 20 tahun lalu Dr. AH Bambang Setiadji MSc, PHd meneliti buah kelapa. Dari buah kelapa ini, dosen yang hidupnya sederhana ini memperoleh virgin natural yang menghasilkan minyak kelapa murni. Dari temuan ini, muncul produk-produk yang dikenal di pasaran seperti sabun natural, hand & body lotion, sabun christal, liguid soap, dan face oil.

Dari pencapaian Virgin Coconut Oil itu, menurut Bambang, masih banyak limbah dari buah kelapa yang terbuang. Jika tidak diproses secara baik, akan menjadi kendala tersendiri. Limbah yang disebut tempurung kelapa ini diteliti Bambang tahun 1992. Ia mempelajari ide pengasapan yang dilakukan orang kampung untuk mengawetkan makanan.

 "Ada dua cara agar makanan awet. Pertama cara pengasapan. Cara ini sudah mentradisional di wilayah Indonesia, khususnya bagi mereka yang hidupnya di perkampungan. Kalau mereka ingin mengawetkan bawang merah, jagung, atau ikan dan lain sebagainya, biasanya di taruh di atas perapian tempat mereka memasak. Jadi yang digunakan untuk pengawetan itu, sebenarnya ya, asap,'' jelas Bambang.

Cara kedua adalah pembekuan dengan menggunakan balok es. "Ikan dan sejenisnya dapat tahan lama jika disimpan menggunakan batu es," lanjut bapak dua anak kelahiran 3 Mei 1947 ini ketika ditemui di rumahnya, kawasan Condong Catur, Yogyakarta.

Nah, saat meneliti Bambang berpikir, "Sekarang ini teknologinya harus diubah. Jadi, jangan menggunakan asap langsung untuk mengawetkan makanan. Sebab, kalau asap langsung, itu akan mengganggu lingkungan. Asap ini mesti dicairkan," tutur dosen Fakultas Kimia MIPA, Universitas Gadjah Mada ini.

EKSPOR KE KANADA
Gambaran teknisnya, sekitar 100 - 150 kg tempurung kelapa dimasukan ke tungku perolis (terbuat dari stainless) lantas di tutup rapat-rapat tanpa ada udara yang ke luar. "Lalu, dipanaskan dengan menggunakan model kompor bertekanan tinggi. Kira-kira setengah jam kemudian, dari dalam tungku tersebut akan keluar asap yang dialirkan lewat satu pipa" jelas Bambang.

Pada tahap pertama, asap tersebut, akan mengeluarkan zat, semacam ter, yang bermanfaat untuk pengawet kayu. Asap yang tak menetes dalam bentuk ter, disalurkan dalam suling pipa tersebut kemudian masuk ke kumparan. Dalam kumparan tersebut, sudah disediakan tungku ke dua dalam bentuk drum yang sudah diisi air.

"Otomatis uap asap yang mengalir tersebut mendingin dan menjadi cair, lalu disalurkan ke dalam tungku ke tiga. Karena uap cair ini masih belum bening dan juga masih mengandung zat berbahaya, dalam proses ini uap cair diuapkan lagi, istilahnya distilasi. Setelah melalui proses dua kali distilasi, uap cair itu akan menjadi bening warnanya. Tak keruh atau cokelat lagi. Itulah yang disebut uap asap atau liquid smoke," terang Bambang.

Menurut Bambang, dalam 100 g tempurung, akan menghasilkan 25 liter asap cair. Ongkos produksinya hanya sekitar Rp 50 ribu. Itu sebabnya, menurut Bambang, harga jual asal cair ini relatif murah yakni Rp 6 ribu per liter. Bambang pun sudah memproduksi temuannya. "Harganya baik di Yogya maupun di luar Jawa sama saja," ungkap Bambang seraya mengatakan tahun 1992 itu, temuannya sudah dikenal di kalangan terbatas.

 Bambang mengungkapkan, temuannya ini tak berbahaya bagi kesehatan. Bahkan Oktober lalu, pengasapan cair karya Bambang ini sudah diakui kelayakannya di Kanada. "Ya, semacam BPOM nya di Indonesia. Dari sana, saya sudah mendapatkan sertifikat daftar sehat. Padahal, untuk mendapatkan daftar sehat itu jelas, persyaratanya ketat sekali. Kanada termasuk negara yang sangat teliti terhadap kesehatan untuk rakyatnya," ujar Bambang yang sudah mengirim 3 kontainer asap cair ke Kanada.

Sampai saat ini lanjut Bambang, "Mereka menggunakan asap cair ini untuk pengawetan. Tidak seperti negara kita yang menggunakan formalin. Padahal, jelas-jelas berbahaya untuk kesehatan."

Makanya Bambang mengaku trekejut ketika pihak terkait kembali mengeluarkan pernyataan bahwa formalin sangat berbahaya bagi kesehatan. "Padahal, isu itu sudah ada sejak dari dulu. Hilang-tumbuh-hilang tumbuh."

DIAJARKAN KE MASYARAKAT
Dikatakan Bambang, Senin (16/1) Menteri Kesehatan akan memberikan rekomendasi bahwa hasil penemuan ilmiahnya boleh dipakai dan digunakan oleh masyarakat luas. Sebelumnya, ia memang sudah menghadap Menteri Kesehatan dan Dirjen BPOM dalam kapasitasnya sebagai peneliti. "Saya sudah mempresentasikan hasil temuan itu di depan Menkes dan jajarannya," ungkap Bambang yang sudah mempatentan temuannya itu.

Untuk ke depan, ujar Bambang, ia tak ingin hasil temuannya itu tidak menjadi industri besar. Namun, ia memilih untuk diproduksi massal. Cara yang dilakukan adalah menyosialisasikan hasil temuannya ke pejabat daerah di seluruh Tanah Air. Dari sana, Pemda setempat menjadi mitra untuk membeli teknologi penyulingan asap tersebut dengan harga kisaran Rp 50 juta per buah.

Sebenarnya, bisa dengan cara lebih sederhana. "Bisa kok dengan drum saja untuk pembakaran tempurung kelapa. Kompornya menggunakan kompor yang biasa dipakai untuk bikin maratabak. Namun, tong atau drum itu mudah rusak, tak kuat menahan panas sekian derajat itu. Makanya alat ini menggunakan stainless yang memang dirancang untuk pengelolaan kelapa terpadu."

Bambang menyadari, dengan harga yang mahal, alat ini hanya bisa dibeli orang-orang tertentu. "Makanya kami menjalin kerja sama dengan Pemda. Nah, dengan cara ini sudah ada 12 provinsi yang menggunakan hasil temuan saya. Mulai Lombok, Lampung, Gorontali, hingga Bali. Prinsipnya, Pemda membeli alat ini untuk kesejahteraan petani."

Sekian tahun terjun langsung ke masyarakat, Bambang yang pernah menjadi anggota DPRD paham betul, betapa para petani kelapa hidupnya miskin. Padahal mereka memiliki ladang dan pohon kelapa. "Makanya ilmu yang saya tekuni ini saya ajarkan kepada masyarakat banyak.

Kalau ilmu ini diambil konglomerat, sudah pasti petani kelapa selamanya akan melarat terus."
Setiap provinsi yang telah menjalin kerjasama, tak dibiarkan kerja sendiri dalam mengelola kelapa terpadu. Kualitas kontrol tetap berada di tangan Bambang dan orang-orang yang telah dia percaya. "Yang meninjau langsung ke tempat-tempat tersebut adalah para sarjana muda yang punya interes tinggi terhadap keilmuan."

RASA TAK BERUBAH
Bambang juga menjelaskan penggunakan asap cair itu. Agar efisien, dalam satu liter asap cair itu diberikan air tiga liter. Jadi, air akan berjumlah empat liter. "Dari jumlah ini dapat digunakan untuk mengawetkan ikan bandeng atau sejenisnya sebanyak 1.000 ekor. Dalam waktu 25 hari tidak akan busuk. Bandeng tersebut masih fresh dan laik makan," jelasnya.

Untuk mi dan tahu, perbandingan asap cair dengan air, hanya 5 persen. "Artinya dalam setiap 5 liter asap cair, harus ditambahkan air 95 liter. Sedangkan untuk bakso, perbandingannya 10 persen saja," tegasnya.

Apakah mi atau bakso itu akan berubah warna setelah diberi asap cair itu? Bambang menjamin, warna dan rasa tidak akan berubah. Begitu pula dengan tahu. "Perubahan rasa itu kecil sekali. Rasanya relatif tak berubah."

Imbas dari merebaknya bahaya formalin, temuan Bambang jadi naik daun. Ia pun bak selebritis yang dicari wartawan untuk diwawancarai. Waktunya juga tersita untuk melayani pertemuan dan pertemuan dengan sejumlah pejabat daerah di beberapa provinsi.

Di sela-sela wawancara dengan NOVA di hari yang sudah larut malam itu, Bambang masih menerima banyak telepon dari berbagai media. Ia sendiri tak mengira hasil penemuannya itu akan boming tahun ini. "Alhamdulillah, saya diberikan satu mementum yang sangat bagus untuk promosi."

 http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=10719&no=2
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar


 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011-2013. PKS Lubeg - All Rights Reserved - Email: pkslubeg@yahoo.com
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger