Padang - Gubernur
Sumatera Barat Irwan Prayitno mengatakan Hari Raya Idul Adha perlu dijadikan
sebagai momentum untuk membangkitkan semangat berkorban demi kepentingan dan
kemaslahantan bersama.
“Kita perlu
memaknai Idul Adha 1433 Hijriah untuk meningkatkan rasa pengorbanan terhadap
orang lain," kata Gubernur Irwan Prayitno di Padang, Jumat pagi (26/10). Pelaksanaan
shalat Idul Adha berlangsung di halaman Kantor Gubernur Sumbar, bertindak
sebagai khatib Kepala Kanwil Kemenag Sumbar, Ismail Usman dan M Furqani sebagai
Imam dan diIkuti ribuan umat muslim di Padang.
Menurut
Irwan, bentuk dari pengorbanan yang diberikan tentu sesuai dengan kemampuan
masing-masing, misalnya menabungkan uang sehingga dapat membeli hewan kurban,
setidaknya kambing.
Pengorbanan
Nabi Ibrahim berserta keluarganya merupakan sebuah bentuk pengabdian seorang
hamba Allah SWT, dengan komitmen yang tinggi dan hanya orang-orang bertaqwa
mampu melakukannya. Terkait menuntut keikhlasan, kejujuran dan semangat
kebersamaan, Nabi Ibrahim rela mengorbankan anak kandungnya demi menjalankan
dan melaksanakan perintah Sang Khaliq.
Keteladanan
Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail itu, kata Irwan, mesti dijadikan contoh
bagi segenap umat manusia untuk menempatkan kejujuran, keikhlasan untuk
berkorban dalam konteks beragama dan kehidupan sosial kemasyarakatan. Oleh
karena itu, pelajaran yang dapat diambil dari hari raya kurban juga semangat
solidaritas terhadap sesama manusia, sehingga dapat dijadikan landasan untuk
memperkuat dan terbangunnya ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut dia,
semangat berkorban juga dapat diterapkan dalam berbagai perspektif, seperti
upaya menahan diri dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Selanjutnya, tambah
Gubernur, pengorbanan untuk menahan diri dari budaya dan perilaku konsumtif,
serta mengedepankan logika yang sehat, tentu akan memberikan suasana ketenangan
hati dalam menghadapi kondisi sesulit apapun.
Kondisi
kekinian dan fenomena yang menyangkut pengorbanan telah banyak yang hilang,
bahkan bergeser pada semangat individual yang tinggi dan mencari keuntungan
setinggi-tingginya. Oleh karena itu, menurut dia, semangat yang terlahir dari
sekian ratusan tahun lalu itu menjadi relevan sampai hari ini, maka konteks
Sumbar telah menjadi yang urgensi.
Terkait banyaknya persoalan sosial kemasyarakatan yang muncul, akibat kian melemahnya semangat untuk berkorban bagi orang lain. Namun saat ini lebih menonjol sifat-sifat menang sendiri, kaya sendiri, berkuasa sendiri dan benar sendiri, tanpa menghiraukan kesusahan orang lain.
Kita tentu tak ingin adanya proses pembiaran terhadap kondisi dan fenomena tersebut. Jika hal itu berkembang maka akan lahirlah penyakit-penyakit sosial, seperti kemiskinan, kebodohan, kejahatan, keterbelangkangan dan ketertindasan, ujarnya.
Simbol yang
harus dipetik dari momentum Idul Adha, bagaimana bisa meningkatkan rasa
pengorbanan masyarakat untuk sesama melalui berbagai kegiatan sosial. Jenis
bantuan, menurut Gubernur, tentu kembali kepada kemampuan setiap masyarakat,
baik memberi dalam uang terhadap yang kurang mampu atau memotong hewan kurban
dan dagingnya dibagikan. Bahkan yang tak kalah pentingnya, pengorbanan dan
kepedulian yang diberikan tentu akan dibalas dengan pahala oleh Allah SWT,
karena telah saling berbagi atas sesama, ujarnya.
Seiring
dengan itu Drs. H. Ismail Usman, Kakanwil Kementrian Agama sebagai khatib pada
penyelenggaraan Idul Adha 1433 Ha dalam khutbahnya menyampaikan,
penyelenggaraan kurban merupakan upaya menumbuhkembangkan akhlak sikap Nabi
Ibrahim dalam menghadapi kesulitan, cobaan, kritis, maka kita mesti optimis
akan mampu keluar dari krisis ekonomi, politik, kepercayaan yang melanda negeri
ini saat ini.
Kisah rasa
keimanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam menunaikan ibadah kurban ini juga dapat
kita implementasikan dalam mengendalikan diri untuk tidak dikuasai oleh harta
atau apa yang sangat dicintai seseorang dalam kehidupan, termasuk keluarga, dan
karib kerabat. Kewajiban menunaikan ibadah kurban tidak lain dimaksudkan
sebagai ungkapan rasa syukur terhadap berbagai rahmat yang telah Allah SWT
berikan.
Pada surat Al
Hajj ayat 36-37 dinyatakan bahwa, pertama ibadah qurban merupakan ujian
keikhlasan, kejujuran, kepemimpinan, pengendalian diri atau kesabaran, sebab
tanpa kejujuran orang bisa melakukan kecurangan dalam pelaksanaan qurban.
Kedua,
ibadah qurban sebagai peningkatan tauhid/aqidah. Saat seorang menyaksikan
penyembelihan qurban sebagai wujud melihat kebesaran Allah SWT dalam kehidupan
sehari-hari bagaimana kita mampu membuang rasa sombong dan keangkuhan.
Ketiga,
ibadah qurban sebagai wujud rasa kebersamaan. Perintah daging qurban dibagi
kepada fakir miskin, bagaimana kita merasakan saling membantu orang–orang
kecil, membuang jauh rasa egois dan individual. Semua itu dapat menumbuh
kembangkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Keempat,
ibadah qurban untuk meningkatkan ketaqwaan. Mestipun binatang quran telah kita
sembelih, darahnya yang mengalir dan dagingnya telah kita bagi-bagikan kepada
fakir miskin itu semua belum akan sampai kehadirat Allah SWT, kecuali ketaqwaan
masing-masing kita yang diterima Allah.
0 komentar:
Posting Komentar