Oleh Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Semburat cahaya terang beraneka warna menyembur ke udara dari puluhan kembang api raksasa menyilaukan mata menyusul dipadamkannya obor raksasa di Stadion Utama Pekanbaru oleh Wapres RI Boediono. PON XVIII resmi ditutup, usai sudah perhelatan besar yang bertajuk PON XVIII itu. Sejumlah artis ibukota ikut memberikan kesan penutup untuk dikenang, Ary Lasso membawakan tembang hits-nya ”Hampa”. Tepuk tangan dan sambutan hangat bergemuruh dari sekitar 20.000 penonton yang memadati stadion malam itu.
PON XVIII di Riau tahun ini berlangsung megah dan meriah. Tak kurang 10.000 atlet, pelatih, dan official dari seluruh penjuru Indonesia ikut bertarung memperebutkan gelar juara. Kota Pekanbaru yang tengah sumringah oleh geliat pembangunan makin semarak. Hotel penuh, jalan-jalan, pusat perbelanjaan dan pertokoan padat oleh pengunjung yang datang.
Puluhan juta mata dan perhatian tertuju ke Provinsi Riau, khususnya Kota Pekanbaru, baik secara langsung maupun melalui media cetak dan elektronik. Di berbagai perjuru kota terpampang tulisan besar mencolok: ”Selamat Datang Sang Juara.”
Siapa yang tak bangga dalam suasana seperti itu dinobatkan sebagai ”Sang Juara”? Lalu, dikalungkan medali, baik emas, perak maupun perunggu, lambang supremasi prestasi terbaik secara nasional dalam suatu cabang olahraga.
Masyarakat Sumbar tentu juga ikut bangga dengan prestasi atlet dan seluruh kontingen yang terjun berjuang di berbagai cabang olahraga. Perkembangan jumlah perolehan medali kontingen Sumbar selalu menjadi sorotan dan bahan perbincangan di mana-mana di berbagai lapis masyarakat. Ekspresi gembira sontak terlihat di saat atlet Sumbar berhasil memenangkan pertandingan dan berhasil memperoleh medali, sebaliknya tentu ekspresi sedih segera terlihat jika atlet Sumbar gagal dalam suatu pertandingan.
Pemerintah Sumbar terlebih lagi, bangga dan mengucapkan terima kasih atas kerja keras dan prestasi atlet dan seluruh kontingen. Perjuangan dan kerja keras mereka telah membuahkan hasil dan membawa harum nama Sumbar. Prestasi atlet Sumbar meningkat jelas dibanding pada PON XVII sebelumnya. Jika tahun lalu kontingen Sumbar berhasil mengantongi 8 medali emas, maka pada PON XVIII berhasil memperoleh 12 medali emas, sesuai target. Selamat!!!
Tentu prestasi itu tak datang begitu saja. Prestasi itu mereka peroleh dengan perjuangan dan kerja keras. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, sakit-sakit dahulu baru senang kemudian. Tak ada prestasi yang diperoleh secara instan.
Tentu kita selalu ingat dan terkesan dengan prestasi yang ditunjukkan perenang Sumbar Patricia Yosita. Ia merupakan atlet pertama yang mempersembahkan medali emas untuk Sumbar pada PON XVIII lalu. Ia menjadi pembuka jalan, sekaligus cambuk untuk atlet Sumbar lainnya merebut medali emas berikutnya.
Ternyata debut Yosita tak hanya sampai di situ. Ia juga memecahkan rekor nasional dan merebut dua medali emas berikutnya untuk Sumbar. Yosita merupakan satu-satunya atlet Sumbar yang meraih tiga medali emas sekaligus!
Prestasi Yosita bukan datang tiba-tiba, tetapi telah dirintis sejak usia dini. Didukung oleh kedua orangtuanya, Yosita berlatih serius, bekerja keras untuk mengejar cita-citanya menjadi juara. Ternyata perjuangannya tak sia-sia, Yosita bisa menikmati hasil perjuangan dan kerja kerasnya.
Atlet lainnya tentu juga memiliki kata kunci yang sama, berlatih serius dan dimulai dari dini. Kita tentu bangga dengan prestasi yang telah kontingen Sumbar tahun ini, namun tentu kita terus ingin lebih baik dan lebih baik lagi di masa datang. Insya Allah, jika kita gunakan kata kunci yang sama, prestasi Sumbar akan terus lebih baik dan lebih baik lagi. Selamat berjuang dan teruslah beprestasi atlet Sumbar. Masa depan yang lebih baik setia menunggu. (*)
Padang Ekspres 26 September 2012
Gubernur Sumbar
Semburat cahaya terang beraneka warna menyembur ke udara dari puluhan kembang api raksasa menyilaukan mata menyusul dipadamkannya obor raksasa di Stadion Utama Pekanbaru oleh Wapres RI Boediono. PON XVIII resmi ditutup, usai sudah perhelatan besar yang bertajuk PON XVIII itu. Sejumlah artis ibukota ikut memberikan kesan penutup untuk dikenang, Ary Lasso membawakan tembang hits-nya ”Hampa”. Tepuk tangan dan sambutan hangat bergemuruh dari sekitar 20.000 penonton yang memadati stadion malam itu.
PON XVIII di Riau tahun ini berlangsung megah dan meriah. Tak kurang 10.000 atlet, pelatih, dan official dari seluruh penjuru Indonesia ikut bertarung memperebutkan gelar juara. Kota Pekanbaru yang tengah sumringah oleh geliat pembangunan makin semarak. Hotel penuh, jalan-jalan, pusat perbelanjaan dan pertokoan padat oleh pengunjung yang datang.
Puluhan juta mata dan perhatian tertuju ke Provinsi Riau, khususnya Kota Pekanbaru, baik secara langsung maupun melalui media cetak dan elektronik. Di berbagai perjuru kota terpampang tulisan besar mencolok: ”Selamat Datang Sang Juara.”
Siapa yang tak bangga dalam suasana seperti itu dinobatkan sebagai ”Sang Juara”? Lalu, dikalungkan medali, baik emas, perak maupun perunggu, lambang supremasi prestasi terbaik secara nasional dalam suatu cabang olahraga.
Masyarakat Sumbar tentu juga ikut bangga dengan prestasi atlet dan seluruh kontingen yang terjun berjuang di berbagai cabang olahraga. Perkembangan jumlah perolehan medali kontingen Sumbar selalu menjadi sorotan dan bahan perbincangan di mana-mana di berbagai lapis masyarakat. Ekspresi gembira sontak terlihat di saat atlet Sumbar berhasil memenangkan pertandingan dan berhasil memperoleh medali, sebaliknya tentu ekspresi sedih segera terlihat jika atlet Sumbar gagal dalam suatu pertandingan.
Pemerintah Sumbar terlebih lagi, bangga dan mengucapkan terima kasih atas kerja keras dan prestasi atlet dan seluruh kontingen. Perjuangan dan kerja keras mereka telah membuahkan hasil dan membawa harum nama Sumbar. Prestasi atlet Sumbar meningkat jelas dibanding pada PON XVII sebelumnya. Jika tahun lalu kontingen Sumbar berhasil mengantongi 8 medali emas, maka pada PON XVIII berhasil memperoleh 12 medali emas, sesuai target. Selamat!!!
Tentu prestasi itu tak datang begitu saja. Prestasi itu mereka peroleh dengan perjuangan dan kerja keras. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, sakit-sakit dahulu baru senang kemudian. Tak ada prestasi yang diperoleh secara instan.
Tentu kita selalu ingat dan terkesan dengan prestasi yang ditunjukkan perenang Sumbar Patricia Yosita. Ia merupakan atlet pertama yang mempersembahkan medali emas untuk Sumbar pada PON XVIII lalu. Ia menjadi pembuka jalan, sekaligus cambuk untuk atlet Sumbar lainnya merebut medali emas berikutnya.
Ternyata debut Yosita tak hanya sampai di situ. Ia juga memecahkan rekor nasional dan merebut dua medali emas berikutnya untuk Sumbar. Yosita merupakan satu-satunya atlet Sumbar yang meraih tiga medali emas sekaligus!
Prestasi Yosita bukan datang tiba-tiba, tetapi telah dirintis sejak usia dini. Didukung oleh kedua orangtuanya, Yosita berlatih serius, bekerja keras untuk mengejar cita-citanya menjadi juara. Ternyata perjuangannya tak sia-sia, Yosita bisa menikmati hasil perjuangan dan kerja kerasnya.
Atlet lainnya tentu juga memiliki kata kunci yang sama, berlatih serius dan dimulai dari dini. Kita tentu bangga dengan prestasi yang telah kontingen Sumbar tahun ini, namun tentu kita terus ingin lebih baik dan lebih baik lagi di masa datang. Insya Allah, jika kita gunakan kata kunci yang sama, prestasi Sumbar akan terus lebih baik dan lebih baik lagi. Selamat berjuang dan teruslah beprestasi atlet Sumbar. Masa depan yang lebih baik setia menunggu. (*)
Padang Ekspres 26 September 2012
0 komentar:
Posting Komentar