Oleh Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Gubernur Sumbar
Seringkali
hati saya miris saat berhenti di sejumlah perempatan jalan, termasuk di
Kota Padang. Pemandangan serupa hampir setiap hari kita temukan di sana.
Sejumlah ibu-ibu menggendong bayi, orang cacat bahkan anak-anak beumur
sekitar 8 sampai 10 tahun yang seharusnya belajar di bangku kelas dua
atau tiga sekolah dasar.
Mereka
berasal dari latar belakang yang beragam, dan kondisi yang berbeda-beda,
namun tujuan mereka sama, yaitu mengemis. Kadangkala hati saya menjadi
mendua, di satu sisi kasihan dan ingin membantu mereka. Namun di sisi
lain, apakah dengan memberikan sedikit uang kepada mereka akan dianggap
sebagai reward (penghargaan) atau sebagai dukungan atas apa yang mereka lakukan?
Yang pasti
jumlah pengemis dan anak jalanan yang beroperasi di perempatan jalan
terus bertambah. Apakah ini disebabkan oleh pekerjaan mengemis dianggap
sebagai sebuah peluang yang cukup baik untuk memperoleh nafkah, ataukah
pekerjaan mengemis terpaksa mereka lakukan karena memang tidak ada
pilihan lain?
Menurut saya
muncul dan makin maraknya pengemis dan anak jalanan salah satu
penyebabnya adalah sikap masyarakat yang semakin individualistis dan
makin pupusnya kepedulian sosial di tengah masyarakat. Dulu hubungan
kekerabatan dan kepedulian masyarakat sangat kuat, terutama di Sumatera
Barat. Jika ada saudara, meskipun bukan kerabat dekat, mendapat
kesulitan, maka pertolongan, simpati, cepat diberikan.
Dulu, ikatan
sesama suku, ikatan satu kampung atau ikatan sesama kabupaten atau sama
provinsi cukup kuat, saling membantu, kepedulian sangat tinggi. Kini,
rasa kekeluargaan dan kepedulian tersebut jauh menipis. Definisi
keluarga itu makin menyempit, yang dianggap kerabat dan keluarga hanya
sebatas ayah, ibu dan anak. Gaya hidup semakin individual.
Menteri
Sosial Salim Segaf Al Jufri saat meresmikan program bedah rumah di
Padang bulan lalu mengatakan, memang rasa kepedulian sosial masyarakat
saat ini makin menipis. Jika ketemu seseorang ditabrak mobil misalnya,
maka seseorang yang melihatnya akan berpikir, ah… biar saja, toh dia
bukan keluarga saya, bukan anak saya. Jika seseorang kesulitan, tak
punya makanan yang akan dia makan hari ini, tak ada masyarakat
sekitarnya yang peduli, tak ada yang membantu. Hal ini merupakan salah
satu alasan yang menyebabkan akhirnya mereka turun ke jalan menjadi
pengemis.
Hal ini
memang merupakan tanggung jawab pemerintah provinsi, kota dan kabupaten
setempat untuk mengatasinya. Namun dalam praktiknya kemampuan pemerintah
sangat terbatas. Jumlah pengemis dan anak jalanan terus meningkat dan
banyak masalah-masalah lain yang juga harus diselesaikan.
Karena itu
saya sependapat dengan Menteri Sosial Jufri Salim Segaf Al Jufri,
persoalan tersebut muncul akibat kepedulian masyarakat yang semakin
berkurang. Solusinya adalah menggalang dan memperkokoh kepedulian
sosial, membangun semangat, kebersamaan, gotong royong, saling membantu
dan saling peduli.
Pemerintah
provinsi, kota dan kabupaten tentu harus bekerja keras dan memberikan
perhatian serius untuk menyelesaikan masalah ini. Jika masyarakat juga
ikut turun tangan secara serius tentu masalah ini bisa kita selesaikan
dengan baik. Caranya adalah dengan meningkatkan kepedulian sosial,
saling peduli, bergotong royong, saling membantu. Bukankah dalam agama
Islam dan dalam agama apa pun telah lama mengajarkan hal-hal seperti
ini?
Hal kedua,
menurut saya, sebaiknya jangan memberikan sedekah di perempatan jalan
atau perempatan jembatan, baiknya sedekah diberikan langsung di rumah
bersangkutan. Dengan demikian, mereka tidak perlu lagi turun ke jalan,
anak-anak bisa sekolah dan belajar di rumah tanpa harus menghabiskan
waktu di jalanan. Mereka juga terhindar dari risiko kecelakaan di
jalanan.
Jika kita
sama-sama sepakat dan serius mengatasi masalah ini, saya yakin tidak ada
lagi pengemis di jalanan, tidak ada lagi anak-anak kita yang tugas
mereka seharusnya adalah belajar, namun terpaksa berkeliaran di jalanan.
Saya yakin, tantu kita tidak ingin dan malu jika sanak kita, orang
kampung kita atau kaum kita menjadi pengemis di jalanan.
Padang Ekspres 15 Februari 2013
0 komentar:
Posting Komentar