Terima kasih kepada pengunjung blog. Jumlah kunjungan telah melewati 23.000. Nikmati postingan baru setiap Sabtu-Ahad
Home » » Sulit Air Sepakat

Sulit Air Sepakat

Written By Unknown on Sabtu, 24 Agustus 2013 | 17.37

Warga Sulit Air kembali memperlihatkan kekompakannya. Sabtu (10/8) melalui organisasi Sulit Air Sepakat (SAS), warga setempat menggelar musyawarah besar (Mubes) ke-21 guna memilih pengurus yang baru.
SAS adalah organisasi yang mewadahi perantau asal nagari yang terletak nun jauh di kaki bukit di Kecamatan X Koto Diatas Kabupaten Solok.

Letak kampung mereka boleh saja nun jauh di kaki bukit, jauh dari hiruk pikuk kota. Namun cara berfikir dan bertindak anak nagari Sulit Air nampaknya sudah mendunia (global).
 
Buktinya, pada mubes tahun ini, perantau Sulit Air dari hampir seluruh pelosok Indonesia bahkan mancanegara hadir pada acara tersebut. Dari mancanegara di antaranya datang dari Malaysia, Singapura, Jepang, Australia dan Amerika. SAS ternyata sudah lama punya kepengurusan (DPD SAS) di daerah tersebut. Kini SAS telah memiliki sekitar 100 di berbagai penjuru.

Pembukaan mubes berlangsung meriah. Ribuan masyarakat Sulit Air, baik yang berdomilisi di kampung maupun yang dari perantauan tumpah ruah memadati lapangan terbuka tempat berlangsungnya acara. Menurut panitia tak kurang 1.500 kendaraan roda empat tercatat sebagai rombongan pulang basamo SAS tahun ini?
 
“Jika setiap kendaraan membawa empat perantau saja, maka tak kurang 6.000 perantau pulang tahun ini?” ujar panitia. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat jumlah penduduk yang berdomisili di Sulit Air.
 
Ada dua fenomena menarik dari perantau Sulit Air. Pertama, mereka sukses di perantauan, kedua mereka punya kepedulian yang tinggi terhadap kampung halamannya. Lebih dari seribu mobil berbagai merek yang dibawa pulang basamo serta rumah-rumah mentereng yang dibangun di kampung merupakan bukti bahwa mereka sukses di rantau.
 
Kekompakan dalam organisasi SAS, semangat pulang basamo, berbagai fasilitas umum yang disumbangkan seperti jembatan, mesjid, sekolah dan banyak lainnya merupakan bukti kepedulian perantau anak nagari Sulit Air terhadap kampungnya. Sifat ini tentu patut kita acungkan jempol dan diapresiasi setinggi tingginya. Tradisi ini perlu terus dikembangkan dan dipertahankan.
 
Yang menggelitik pikiran saya, bisakah tradisi tersebut terus dipertahankan di masa datang? Atau perlu kita belajar dari SAS, bagaimana cara mempertahankan dan memupuk kecintaan mereka terhadap kampung halaman?
 
Logikanya begini, kenapa seseorang cinta kepada kampung halamannya? Jawabannya karena ia punya kenangan indah di daerah tersebut. Ia sejak kecil tinggal di kampung tersebut, sekolah di sana, tumbuh dan besar di sana. Kenangan indah itulah yang membuat ia rindu dengan tanah kelahirannya, cinta, dan ingin membangun kampungnya.
 
Kini telah terjadi perubahan, banyak generasi warga Minang tak lagi lahir dan dibesarkan di Minang. Bisa dipastikan kecintaan dan ikatan emosional mereka dengan Ranah Minang tak sekental pendahulunya yang tinggal dan dibesarkan di Minang. Tentu semangat pulang basamo dan semangat membangun kampung mereka tak sehebat generasi pendahulunya.

Masalah ini perlu kita pikirkan jalan keluarnya dari sekarang jika tak ingin tradisi pulang basamo dan perantau membangun hanya tinggal sejarah. Atau kita perlu belajar dan menggali pengalaman masyarakat Sulit Air jika mereka punya resep untuk mengatasi masalah tersebut ? (*)

Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar

irwan-prayitno.com
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar


 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011-2013. PKS Lubeg - All Rights Reserved - Email: pkslubeg@yahoo.com
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger